Ini kisah dari Tiongkok di jaman dinasti Qi. Alkisah, ada seorang laki-laki yang begitu terobsesi dengan emas. Tidak ada yang begitu menggoda hati dan pikirannya, daripada emas. Suatu ketika, ia melihat pedagang perhiasan emas. Dan tanpa tedeng aling, ia segera merampas emas itu dan membawanya pergi. Karena berada di keramaian orang, maka dengan mudahnya laki-laki itu tertangkap. Dan tatkala ia diperiksa, ia pun ditanya, “Kenapa ia berani mencuri emas di tengah keramaian orang?”. Lantas si laki-laki itu menjawab, “Tatkala melihat emas, mata saya langsung silau dan terbutakan. Saya tidak lagi melihat orang lain, selain emas yang ada di depan mata saya!”
Ini tentu saja contoh yang buruk. Kisah tentang seorang yang begitu terobsesi untuk sesuatu yang disukainya, sehingga tidak lagi peduli dengan lingkungan sekitarnya. Tetapi, mari kita lihat kisah ini sebagai pelajaran positif buat kita. Seandainya “emas” itu kita ganti dengan “cita-cita” ataupun “impian” kita. Kisah ini mungkin bisa berakhir dengan manis. Bayangkan, seseorang yang tidak lagi peduli soal gengsi, tidak peduli soal apa yang dikatakan orang lain karena begitu terobsesi untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Sayagnya, dalam kisah itu si laki-laki ini jadi terobbsesi dan melakukan yang salah. Andaikan emas ini diganti dengan “prestasi” ataupun “kebaikan”. Tentu kisah ini akan menjadi begitu baiknya. Pertanyaannya, bisakah kita terobsesi seperti laki-laki ini untuk mewujudkan hal-hal baik yang kita inginkan dalam hidup kita?
Begitu pula, sewaktu saya meninggalkan tanah kelahiranku di Kalimantan dan merantau ke Jakarta. Kondisi ekonomi keluarga kami masih sangat sulit. Ayah telah meninggal. Ibu membuat dan menjual kue, dan sesekali menjadi pembantu para tetangga. Beberapa kakak-kakakku harus saling bahu-membahu untuk membantu kami, adik-adiknya. Dan sungguh beruntungnya, memiliki kakak-kakak yang begitu peduli. Ada kakakku yang sampai terpaksa berhenti sekolah demi kami, adik-adiknya. Dan sejak merantau itulah, sebuah obsesiku muncul. Bukan obsesi untuk meraih emas. Obsesinya, sederhana. Obsesi untuk menjadi sukses, agar tidak bikin repot orang. Dan sejujurnya, energi obsesi untuk berhasil itu pula, yang kini bisa menghantarkanku dan mungkin banyak orang sukses, di level mereka sekarang.
Bicara tentang obsesi. Orang, banyak mengkaitkannya dengan sesuatu yang negatif. Ilmu psikologi yang saya dalami, seringkali mengkaitkan dengan kalimat obsesi-kompulsif untuk menggambarkan pikiran dan tindakan berulang-ulang. Perilaku ini dianggap kurang sehat, alias abnormal.
Tetapi, belum lama ini, seorang pelatih kreativitas yakni Eric Maisel, PhD mengkaitkan obsesi dengan kreativitas. Bahkan menurutnya ada yang disebut obsesi positif. Yakni suatu obsesi yang dikaitkan dengan keinginan hati dan pikiran untuk menghasilkan sesuatu. Dalam hal ini, hati dan pikiran diarahkan untuk suatu goal. Sebagai contoh, sewaktu JK Rowling menuliskan buku Harry Potter. Tanpa obsesinya yang luar biasa untuk terus menerus menulis tokoh fiksi dalam pikirannya, tidak mungkin Harry Potter lahir. Tanpa menghabiskan ratusan jam, serta melewati segala celaan dan tertawaan, tidak mungkinlah ia bisa menjadi salah satu wanita terkaya di dunia. Begitu pula Mozart. Dikatakan bahwa, kemampuan Mozart memang hebat. Tapi, banyak ahli musik mengatakan bahwa sehebat-hebatnya kemampuan Mozart, kurang lebih sama dengan anak-anak yang pintar main musik saat ini. Hanya saja, obsesi Mozart soal musik betul-betul luar biasa. Dan itulah yang membuatnya sukses, terpandang dan kaya raya di jamannya.
Puluhan tahun, saya terobsesi belajar dari para juara. Bahkan, sejak kecil saya telah terbiasa mengumpulkan kata-kata mutiara dan pepatah dari orang terkenal, selebritis dan para juara. Karena itulah, apapun yang saya raih, sebenarnya tidak terlepas dari semangat, motivasi dan kata-kata positif yang mereka berikan. Dan kalau saya perhatikan, rata-rata dari mereka semua memiliki obsesi positif pada bidang mereka.
Nah, pembelajaran obsesi apakah yang berhasil saya pelajari dari mereka yang lantas saya terapkan dalam hidup saya, yang tidak pernah saya sesali karena telah melakukannya? Saya menyebutnya langkah 5 OM!
Langkah OM1: Obsesi Memilih, Meluangkan Waktu dan Memodel yang Terbaik Percayalah, di setiap bidang ada orang yang terbaik. Kalau Anda terobsesi di bidang tersebut, maka carilah seseorang yang bisa Anda model. Dalam ilmu NLP ada pelajaran ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Tapi konsep ini sering diartikan sebagai bentuk sekedar meniru. Akibatnya, ATM itu berubah arti menjadi Amati, Tiru, Malu-maluin! Harus ada proses modifikasi. Ingat, sehebat-hebatnya kita meniru Mozart, maka tidak akan ada Mozart kedua. Kita belajar menjadi seperti Mozart, tetapi identitas kita tetap harus dibangun. Lagipula, tidak pula semua orang yang sukses di bidang kita bisa kita tiru. Setelah bertahun-tahun, belajar meniru. Saya medapatkan suatu pelajaran ektra, bahwa energi orang yang kita tiru juga berbeda-beda. Makanya, meskipun sama-sama di bidang motivasi, ada motivator yang bisa saya tiru tetapi ada yang tidak bisa, karena level energi mereka berbeda dengan saya. Nah, pertanyaannya, siapa orang terbaik di bidang Anda yang kurang lebih nilai dan energi levelnya sama?
Langkah OM2: Obsesi Memfokuskan Diri Ada banyak bidang yang akan menggoda kita. Internet dipenuhi dengan kisah orang yang sukses di bidangnya. Kalau tidak bisa ambil keputusan, kita bisa terombang-ambing oleh berbagai bidang yang bisa dipilih. Tapi, kita harus berani ambil keputusan! Ambil keputusan juga berarti membuat kita menolak mengambil suatu tawaran lain yang sama menggiurkannya. Ini mirip kita mmbuat keputusan soal pasangan. Mungkin saja diluar sana, ada lelaki atau wanita yang lebih baik dari pasangan kita saat ini. Tapi itulah pilihan kita dan kita membulatkan telad untuk memfokuskan energi, kebahagiaan dan semangat kita untuk pasangan kita tersebut. Begitu pula soal bisnis dan bidang kita. Percayalah, semua orang sukses dan kaya di bidangnya akan menceritakan bahwa sukses, berkorelasi positif dengan waktu yang Anda luangkan untuk bidang tersebut. Nah, pertanyaannya: apakah yang Anda putuskan dengan berani, untuk Anda fokuskan?
Langkah M3: Obsesi Menulis Memang, tidak semua orang yang sukses dan kaya itu menulis. Tetapi, menulis adalah bentuk ekspresi obsesi positif yang paling nyata di bidang kita. Di era sosial media seperti sekarang, menulis adalah bentuk konkrit dari obsesi kita di suatu bidang. Saya teringat tatkala pertama kali menulis buku soal Kecerdasan Emosi (EQ) yang menjadi bidang yang saya geluti hingga sekarang. Selama dua bulan, saya cuti dan tidak berpenghasilan, dan hanya menuliskan bidang tersebut. Total, saya membutuhkan waktu 2 tahun untuk menyelesaikan buku pertama itu. Namun, saya tidak menyesal. Sebab, buku itulah yang lantas menjadi “kartu nama” yang membuat saya dilihat dengan nilai yang berbeda, dimanapun saya berada. Dan buku itulah yang membawa saya berkeliling ke Malaysia, Singapura, China, Jepang bahkan ke Harvard untuk mensharingkan pengetahuan saya. Nah, pertanyaannya, apakah bidang yang kamu kuasai, yang kamu terobsesi, yang bisa kamu tuliskan? Dan tuliskanlah itu!
Langkah M4: Obsesi Membangun Jaringan Saya melihat banyak dari kemajuan yang saya peroleh dalam hidup ini, adalah berkat bantuan dan support dari jaringan yang saya bangun. Pengalaman pertama kali siaran radio, punya program di televisi, hingga kerjasama bisnis yang memberikan nilai milyaran setiap tahun, semuanya berkat jaringan yang saya bangun. Awalnya hanya sekedar kenal, namun karena cocok, jadi sering berhubungan dan berinteraksi. Dan dari interaksi itu, rekan-rekan tersebut mulai menawari kesempatan ataupun peluang. Ternyata, peluang itulah yang membuahkan hasil berlipat ganda. Karena itulah, saya belajar satu hal. Jangan malas dan pelit waktu untuk membangun jaringan. Dan jangan meremehkan. Bahkan, dengan orang yang lebih rendah pun, jangan mengecilkan mereka. Kita tidak pernah tahu, jaringan yang mereka miliki. So pertanyaannya: dengan siapakah kamu membangun jaringanmu? Dan seberapa kuatkah kamu membangun jaringan?
Langkah M5: Obsesi Menjadi Yang Terbaik Terus-Menerus Setelah memilih suatu bidang, konsekuensinya adalah terus menjadi yang terbaik di bidang kita. Itu berarti, konsekuensinya adalah terus-menerus update dan belajar, serta meningkatkan kemampuan kita. Saya memiliki seorang rekan di Yogya yang kini menjadi seorang milyarder di bidang tas. Sementara di Yogya ada banyak tukang tas yang melakukan profesinya. Ia membuat dirinya berbeda dengan memiliki tim kecil yang terus-menerus mengimprove dan menciptakan desain-desain yang keren dan up to date. Makanya, tas klasiknya menjadi langganan ibu-ibu pejabat. Dan dalam banyak acara penting pemerintahan, tasnya yang di-booking. Yang saya belajar dari sahabat saya ini adalah: dia berusaha membedakan dirinya dari pengrajin tas biasa, dengan terus mengembangkan desain dan bisnisnya. Pertanyaannya: seberapa komitnya Anda untuk mengembangkan diri Anda di bidang Anda tersebut? Termasuk, mengkomitkan uang, energi dan perhatian Anda untuk terus mengembangkan diri dan bisnis Anda?
Percayalah. Langkah 5M inilah, langkah obsesi para juara!
Anthony Dio Martin, “Best EQ trainer Indonesia”, direktur HR Excellency & Miniworkshopseries Indonesia (MWS Indonesia), pembicara, ahli psikologi, penulis buku-buku best seller, host program motivasional di salah satu radio terkemuka di Indonesia, host beberapa acara di TV Excellent dan TV Mutiara, kolomnis di berbagai harian dan majalah. Email: info@hrexcellency.com; Website: anthonydiomartin.com; Twitter: @anthony_dmartin. Facebook: facebook ; Instagram: anthonydiomartin
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |