Dua orang yang bersahabat baik, sedang berjalan-jalan di hutan. Tiba-tiba, mereka berpapasan dengan seekor beruang. Dan beruang itupun mengejar mereka. Tetapi, salah satu dari sahabat itu adalah pelari dan pemanjat yang pintar maka dengan cepat ia segera berlari dan memanjat pohon sehingga meninggalkan sahabatnya itu. Beruang itupun makin mendekat dan seorang temannya yang tidak bisa berlari cepat itu pun harus berpikir cepat apa yang harus dilakukannya. Akhirnya, ia pura-pura merebahkan dirinya ke tanah, pura-pura mati. Lantas beruang itupun, mendengus dan menciumi telinga, hidung dan wajahnya. Ia pun berusaha menahan nafasnya dan tidak bergerak. Betul-betul seperti sudah mati. Dan karena merasa sudah mati, beruang itupun meninggalkannya. Dan ketika beruang itu pergi, si teman yang telah memanjat pohon yang tingi itu, yang melihat saat-saat menegangkan ketika beruang meanghampiri temannya itu, lalu bertanya, “Apa yang terjadi saat beruang itu mendengus-dengus wajah dan telingamu?” Dan temannya yang ada di tanah, yang nyaris dimakan beruang itu berkata, “Tahu nggak tadi si beruang tadi malah membisikkan sesuatu ke telinga kepada saya: Jangan pernah percaya kepada sahabatmu yang meninggalkanmu saat kamu dalam bahaya”
Betul! Kadang kita menyebut sahabat. Tetapi, ujian tertinggi sebuah persahabatan bukanlah pada saat kita bersenang dan bergembira berSama-sama. Tapi, pada ketika krisis melanda kehidupan kita, penderitaan sedang terjadi apakah sang sahabat itu tetap tegak berdiri disamping kita itulah yang menjadi ujian seberapa kuatnya persahabatan itu!
Sebaliknya ada juga persahabatan yang justru teruji dan semkain lengket setelah krisis. Kejadian ini saya saksikan sewaktu di acara Animal Planet yang berkisah tentang seorang teman yang diterkam buaya dan diseret ke rawa-rawa. Saat itu mereka sedang berpesta. Rata-rata temannya berlari, tapi ada seorang temannya yang segera berlari menelpon dan minta tolong lantas, berusaha mengambil kayu dan memukul-mukul buaya itu sementara memberikan motivasi kepada temanya untuk melawan. Ada satu teriakan temannya itu yang membuat temannya yang jadi korban itu selamat yakni, “Cungkil mata buaya itu!”. Lantas, meskipun air mulai masuk dan ia terus diputar oleh buaya yang menggigitnya, dengan sekuat mungkin
ia pun mencungkil mata buaya itu. Ia sempat mersa bagaimana cungkilan itu memecahan bola mata buaya itu. Dan ajaib, beberapa saat kemudian buaya itupun melepaskan gigitanny dan ia pun selamat. Di akhir cerita, temannya itupun menariknya ke atas dan melarikannya ke rumah sakit. Meskipun gara-gara kejadian itu sepotong tangannya hilang, tapi ia bersyukur masih bisa tetap memperoleh kehidupan. Dan semua ini berkat jasa temannya yang kini menjadi sahabat baiknya.
Pertama dan terutama tentunya pada saat ketika menghadapi krisis dan masalah, kita melihat bahwa sahabat kita itu bukannya menjauhi kita justru semakin mau dekat, mau berempati dan mendengarkan. Meskipun mungkin ia tidak bisa menolong, membantu tapi minimal ia mau setia bersama dengan kita. Mau memberikan waktunya untuk mendengarkan kita
Kedua, ia tidak menambah penderitaan kita. Terkadang ketika kita dicibir, dihina ataupun membuat salah. Seorang sahabat bukanlah orang yang ikut menjatuhkan kita. Ia mungkin mengingatkan kita tetapi tidak ikut bersuka cita atas keterpurukan kita. Ia bahkan setia mendampingi kita.
Ketiga, seorang sahabat tidak menggossipkan ataupun ikut menyiarkan berita buruk tentang kita. Iapun tidak bermuka dua, di depan kita ia begitu manis tetapi dibelakang ikut menjegal ataupun mengatakan hal yang buruk tentang diri kita.
Keempat, seorang sahabat yang baik ikut bersukacita ketika kita sukses dan berhasil. Mereka tidak iri dan bersikap jengkel terhadap kesuksesan kita. Mereka justru ikut berbahagia dan mau berbagai rasa syukur tatkala kita mencapai kebahagiaan. Mereka pun tidak mendiscount kesuksesan kita dengan kalimat-kalimat seperti, “Dia emang sukses sih tapi tau nggak dibalik kesuksesan itu sebenarnya…..”
Kelima, seorang sahabat tidaklah selalu memberikan pujian, tetapi juga berani memberikan nasihat dan komentarnya. Dan hal itu dilakukan dengan tujuan agar temannya menjadi lebih baik. Ia berusaha agar temannya tidak lupa diri dengan mengingatkan, tetapi pada saat ketika temannya mengalami kesulitan, ia siap juga untuk membela. Nah menariknya, sahabat sejati kadang dilupakan pada saat-saat kebahagian dn kegembiraan datang dalam kehidupan kita. Tapi, tatkala kita terpuruk dan jatuh, justru sahabat-sahabat itulah yang kita ingat.
Semoga kita bisa jadi sahabat yang baik dan semoga…justru di saat-saat bahagia dan sukses kita tak pernah melupakan para sahabat kita yang mungkin telah berjasa mengantarkan kita ke titik kita berada saat ini. Itulah berbagai kualitas persahabatan yang bagus yang saya sebut sebagai Friendship Factor, atau factor persahabatan yang berkualitas. Kalau kamu punya teman atau sahabat yang demikian, jangan dilepas ataupun dikhianati, itulah harta karun kehidupan yang sesungguhnya!
Anthony Dio Martin, trainer, inspirator, Managing Director HR Excellency & Miniworkshopseries Indonesia, penulis, executive coach, host radio di SmartFM, website: www.anthonydiomartin.com. Instagram @anthonydiomartin ; FB: @anthonydiomartinhrexcellency
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |