Hari ini, pikiranku melayang pada seorang anak muda yang pernah kukenal, sebut saja namanya Bima. Di usianya yang masih belia, Bima sudah meraih sesuatu yang mungkin banyak orang impikan. Dia berhasil menapak tangga karir, mendapatkan promosi, dan semua itu bukan karena koneksi atau keberuntungan belaka, tapi karena kerja kerasnya yang tak pernah berhenti. Ia sosok yang gigih, yang mau berjuang di tengah keterbatasan.
Ketika dia akhirnya membagikan prestasinya lewat sebuah unggahan sederhana, aku tahu niatnya baik. Ia hanya ingin berbagi kebahagiaan kecil, mengabadikan momen untuk dikenang. Mungkin juga, ia berharap postingan itu bisa menjadi penyemangat bagi mereka yang masih berjuang. Tapi, tak semua hal berjalan sesuai harapan. Di kolom komentar, banyak suara sumbang yang bernada julid, menghakimi niat baiknya. “Sok banget, sih,” kata seseorang. “Banyak yang lebih muda dari kamu, sudah jauh lebih sukses,” tulis yang lain. Apa yang awalnya ia niatkan sebagai motivasi, berubah menjadi ruang penuh kritik pedas. Hingga akhirnya, Bima memilih untuk mematikan kolom komentar.
Pada hari ini, ketika mengingat kisahnya, aku belajar bahwa terkadang dunia memang tak selalu mengerti niat baik. Bima tetap tahu apa yang sebenarnya ia inginkan: berbagi, bukan untuk dihakimi, melainkan untuk menginspirasi.
Di dunia maya yang luas ini, netizen memang beragam. Ada yang benar-benar bahagia melihat orang lain sukses, dan ada yang membawa luka mereka sendiri hingga melihat prestasi sebagai sesuatu yang patut dicibir. Kadang, masalah itu ada di mereka, bukan di kita. Selama niat kita baik, kita harus berani mengabaikan komentar negatif, memilih untuk mendengarkan yang mendukung.
Bima mengajarkanku satu hal penting: dunia memang tak selalu adil dalam menilai, tapi di antara semua suara itu, selalu ada yang menyemangati dengan tulus. Dan kita, sebagai pembelajar dalam hidup, hanya perlu bijak memilah, untuk tetap teguh melangkah di jalan yang kita yakini.
Menghadapi dunia maya yang penuh warna ini, kita bisa belajar dari Bima dan melindungi diri dengan beberapa cara:
1. Tetapkan Niat dengan Jelas
Sebelum memposting, tanyakan pada diri sendiri apa tujuan Anda. Jika niatnya baik, seperti berbagi inspirasi atau kebahagiaan, ingatlah bahwa itu alasan kuat untuk terus berbagi, apa pun komentar yang muncul.
2. Filter dengan Bijak
Anggap kolom komentar seperti saringan; ambil yang positif dan membangun, biarkan yang negatif lewat begitu saja. Fokuslah pada komentar yang memberi dorongan, bukan yang menjatuhkan.
3. Gunakan Mode Tenang (Silent Mode)
Tak ada salahnya mengaktifkan filter komentar atau menonaktifkan kolom komentar jika Anda merasa perlu melindungi kesehatan mental Anda. Terkadang, diam adalah jawaban terbaik.
4. Ingat Bahwa Julid Bukan Cerminan Anda
Komentar negatif sering kali lebih mencerminkan emosi dan situasi si pengomentar daripada siapa Anda sebenarnya. Jangan biarkan omongan mereka mendefinisikan Anda.
5. Berlatih Cuek yang Bijak
Tidak semua komentar perlu ditanggapi. Latih diri untuk tidak reaktif, dan percaya bahwa tidak merespon kadang lebih baik daripada terjebak dalam debat.
6. Tertawakan, Jangan Terbawa Emosi
Jika komentar terasa tidak masuk akal atau hanya sekadar nyinyir, anggap saja sebagai humor gelap dunia maya. Terkadang, sedikit tertawa bisa mengurangi ketegangan.
7. Alihkan ke Aktivitas Positif
Setelah membaca komentar negatif, alihkan perhatian ke aktivitas yang positif atau produktif, seperti berolahraga, membaca, atau melakukan hobi. Ini membantu memulihkan mood Anda.
8. Blokir Tanpa Ragu
Jangan merasa bersalah untuk memblokir orang yang terlalu toxic. Media sosial adalah ruang Anda; Anda punya hak untuk menjaga suasana tetap positif.
9. Tulis Ulang Cerita Positif
Di tengah komentar negatif, ingatkan diri Anda tentang komentar-komentar positif yang pernah Anda terima. Catat dan baca ulang sebagai pengingat bahwa masih banyak yang mendukung Anda.
10. Terus Berkarya Tanpa Terpengaruh
Jadikan komentar julid sebagai penguat untuk terus melakukan yang terbaik. Ingat, kesuksesan Anda adalah bukti nyata yang lebih kuat daripada kata-kata siapa pun.
Pada akhirnya, ketenangan adalah tameng terbaik di tengah badai komentar negatif, yang mungkin terjadi. Biarkan mereka berbicara, tapi fokuslah untuk terus berjalan di jalan yang Anda yakini. Dengan keteguhan hati dan selektif menyaring komentar, kita akan mampu menjaga diri tetap tenang dan terus berkembang, seperti Bima yang tetap setia pada niat baiknya, meski dihadapkan dengan suara-suara yang menghakiminya.
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |