Belakangan ini, talkshow menjadi sumber informasi penting. Bukan hanya yang “live”, di TV bahkan radio pun, sudah populer dengan radiotalk. Pendengar setianya pun cukup banyak yang mendengarkan serta berinteraksi.
Sungguh! Menginspirasi dan mengedukasi lewat talkshow adalah pengalaman yang menyenangkan.
Saya pernah mengalaminya dengan beberapa program yang pernah saya lakukan di TV, dan juga radio. Saat ini, yang tetap adalah di radio. Selain sebagai narasumber tetap acara Smart Emotion (bisa didengarkan acaranya disini: Klik ) , saya pun sering mengundang narasumber tamu.
Nah kali ini, saya ingin bahas kalau menjadi narasumber di radio. Bagaimana menjadi tamu atau narasumber ahli yang keren, dahsyat, juga amazing. So, setelah hampir 7 tahun siaran dan menjadi narasumber ataupun mengundang narasumber, inilah tips yang ingin saya bagikan.
1. Ketahui topik Anda. Pastikan itu sesuai dengan keahlian Anda. Jangan memaksakan kalau Anda tidak tahu. Soalnya kalau Anda memaksakan untuk topik yang Anda tidak kuasai, ini berakibat buruk buat branding Anda. Kalau jawaban Anda tidak berbobot dan tidak berkualitas, kesan untuk Anda pun jadi negatif. Media membutuhkan jawaban dan isi yang berbobot.
2. Kerjakan PR Anda. Pertama-tama, kalau bisa, mintalah kepada hostnya kira-kira pertanyaan apa yang akan ditanyakan. Dengan demikian Anda menyiapkan diri dengan konten yang baik. Apalagi, kalau Anda bukan termasuk yang spontan menjawab. Mengetahui pertanyaan sebelumnya, membuat Anda lebih siap.
3. Kerjakan PR berikutnya, dengan mendengarkan siaran yang sebelumnya. Dengan demikian, Anda bisa dapat gambaran hostnya seperti apa. Santai, formal, serius? Sebagai contoh ada beberapa rules di beberapa radio misalkan di SmartFM, narasumber diminta tidak terlalu melakukan hard selling soal produknya, apalagi kalau undangan. Kalau di HardRock, bahasanya lebih santai anak muda, gaya “loe loe gue gue”. Kalau di SonoraFM, lebih formal.
4. Kerjakan PR berikutnya lagi, dengan mencari berbagai bahan dan jawaban yang ada di internet. Kalau bisa jangan memberikan yang klise-klise seperti yang sudah ada. Membaca bukan untuk meniru tapi untuk membuat Anda paham apa jawaban yang sudah tersedia. Tapi jangan hanya mengulang yang ada. Kalau jawabanmu sama persis, tidak ada sesuatu yang spesial tentang Anda. Tambahkanlah dengan pengalaman, pengetahuan dan wisdom Anda yang lebih berbobot.
5. Janganlah bertele-tele kalau menjawab. Belajar to the point. Kalau menjawab, gunakan gaya “kesimpulan dulu baru penjelasan”, jangan dibalik. Ini bukan bikin skripsi dan nulis tesis dimana latar belakang dulu baru kesimpulan.
6. Boleh “top up” atau edifikasi diri Anda. Ini adalah teknik dimana Anda menunjukkan kredibilitas diri Anda. Jika dilakukan dengan baik maka pendengar merasa bahwa Anda memang layak didengarkan. Tapi ingat, lakukanlah dengan elegan. Top up yang berlebihan, kesannya jadi sombong dan bikin eneg. Jadi, tetap harus bisa membangun kredibilitas kita dimata pendengar kita. Tapi lakukan dengan “soft and elegant”.
7. Jangan menggunakan kalimat panjang-panjang. Ini kesalahan yang saya buat dulu, waktu di awal-awal saya siaran. Karena begitu bersemangat, jawabannya panjang. Akhirnya, sampai saya ditegur. Tapi itulah dulu, lantas sayapun belajar. Kenapa jangan panjang-panjang jawabannya? Ingatlah ini media audio. Singkat itu membantu orang memproses apa yang Anda katakan. Jangan lupa jeda. Disinilah pelajaran frase dan klause di bahasa Indonesia yang dulu kita peroleh, jadi berguna. Di potongan frase dan klause, tariklah nafas dan stop. Itu pun akan memberi waktu bagi otak pendengar melakukan “processing” dengan apa yang kita katakan.
8. Ingat, radio itu media audio. Segala gesture Anda tidak berguna karna tidak kelihatan. Jadi bermainnya dengan ritme, intonasi dan animasi suara. Tapi, kalau gerakan tubuh Anda bisa membantu, ya bolehlah. Saya sendiri di studio sering menggerakkan tangan dan gesture bermain saat menjelaskan. Hal ini karna saya merasa bahwa gesture tersebut mempengaruhi suara saya. Tapi ingat, pendengar Anda tidak akan bisa menyaksikan gerakan tangan dan mimik wajah Anda. Jadi gesture dan mimik hanya Anda dan host pendamping Anda yang tahu.
9. Ada keunggulan radio dibanding TV bagi kita sebagai narasumber, yakni bisa menggunakan “contekan”! Di TV, karena Anda kelihatan, jadi sulit melihat ke contekan tulisan. Tapi di radio kita lebih bebas. Nah, kalau di radio, saya biasanya punya 2 lembar contekan yang berisi hal-hal yang ingin saya jelasan. Sambil menjawab saya bisa melirik ke arah contekan. Dan ini tidak akan kelihatan oleh pendengar (tapi belakangan ini karna tiap kali siaran radip juga sekaligus live via FB dan IG, hal ini membuat saya tidak bisa terlalu melirik ke contekan lagi). Tapi, sedikit tambahan, kalaupun ada contekan ide, jangan terlalu fokus ke tulisan sampai omongan dan obrolan Anda menjadi kaku. Kalau bisa janganlah terlalu terpaku pada contekan.. Ingat, narasumber utamanya adalah Anda sendiri. Janganlah membaca.
10. Radiotalk is about talk. Jadi, bukan kuliah bukan ngajarin. Jadi usahakan jaga “tone” mengobrol. Gunakan humor, obrolan santai. Kalau Anda santai, yang mendengarkan kita juga akan merasa nyaman.
11. Last advice. Berikanlah sesuatu yang berguna dan bermanfaat. Jangan yang klise, yang generik, yang udah umum. Kalau perlu, permudahlah pendengar Anda untuk mengingat poin-poin Anda. Misalkan saya sendiri suka membuat semacam jembatan keledai atau mneumonic untuk menyimpulkan obrolan saya. Misalkan, saya memberikan nasihat kepada leader perusahaan menghadapi kaum millenial dengan satu ide: GEN-Y yakni sebaga pimpinan harusnya G=Gaul (jadilah pimpinan yang gaul); E=Expression opportunity (kasih anak buah untuk berekspreasi); N=No bureaucracy (jangan terlalu birokratis), Y=”You” reward (berikan hadiah yang special buat mereka . Lantas, saya jelaskan satu demi satu di siaran saya. Anda pun bisa lebih kreatif dengan topik Anda.
That’s all!
Nah, temen-teman yang jadi narasumber atau akan jadi narasumber ahli, semoga sharing pengalaman ini berguna.
Salam Antusias,
Anthony Dio Martin
www.anthonydiomartin.com
Notes:
Ini adalah rangkuman dari “my personal advise” yang pernah saya berikan bagi temen-temen trainer anggota COMET (Community of Excellence MWS Indonesia) lulusan ELT/PLT bersama MWS Indonesia. Website: mwsindonesia
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |