
Ketika seseorang mengetahui bahwa saya memiliki latar belakang psikologi, reaksi yang paling sering saya dengar adalah, “Wah, hati-hati! Nanti aku dibaca!” Seolah-olah gelar psikologi memberikan kekuatan supernatural untuk menembus pikiran seseorang.
Saya pernah bertemu dengan seseorang yang sejak awal tampak gugup dan enggan menatap mata saya. Awalnya, saya mengira mungkin memang begitu cara komunikasinya. Namun, kemudian saya tahu bahwa sebelum pertemuan kami, dia telah diberi tahu bahwa saya adalah seorang psikolog. Itu cukup membuatnya waspada dan memasang tameng lebih dulu.
Padahal, membaca orang bukanlah keahlian eksklusif psikologi.
Siapa pun sebenarnya bisa melakukannya. Seorang analis data yang terbiasa membaca angka akan dengan mudah mengenali pola dalam data. Seorang koki yang berpengalaman bisa langsung tahu bumbu apa yang kurang hanya dengan mencium aroma masakan. Begitu juga dengan psikologi. Ia terbiasa berurusan dengan manusia membuatnya lebih terlatih dalam mengenali pola perilaku seseorang.
Namun, satu hal yang perlu dipahami adalah membaca orang bukan tentang menilai atau melabeli. Memahami seseorang bukan berarti langsung memberi mereka cap tertentu, seperti “manipulatif,” “pembohong,” atau “keras kepala.” Justru, membaca orang dengan benar berarti melihat pola, memahami konteks, dan menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks.
Jika ingin membaca orang seperti seorang psikolog, hal pertama yang perlu dilakukan adalah tidak hanya mendengarkan kata-kata yang mereka ucapkan, tetapi juga mengamati bahasa tubuh mereka. Kata-kata bisa menipu, tetapi gestur, postur tubuh, dan ekspresi wajah sering kali lebih jujur. Seseorang bisa saja berkata bahwa dia baik-baik saja, tetapi jika tangannya mengepal dan bahunya tegang, mungkin ada sesuatu yang sebenarnya sedang dia tahan.
Ekspresi mikro juga menjadi salah satu kunci penting. Ini adalah ekspresi wajah singkat yang muncul dalam sepersekian detik sebelum seseorang bisa mengendalikan dirinya. Saat seseorang berbicara tentang seseorang yang mereka tidak suka, mungkin ada sekilas ekspresi jijik di wajahnya sebelum dia tersenyum dan berkata, “Oh, dia baik kok.” Ekspresi yang sekilas ini bisa memberikan petunjuk yang lebih akurat daripada kata-kata yang diucapkan.
Selain itu, jika ingin melihat karakter asli seseorang, amati saat mereka berada dalam tekanan atau krisis. Di saat-saat seperti itu, topeng sosial seseorang cenderung jatuh. Apakah mereka tetap tenang? Apakah mereka mulai menyalahkan orang lain? Atau justru mereka menjadi panik dan kehilangan kontrol? Cara seseorang menangani situasi sulit bisa memberikan gambaran yang jelas tentang siapa mereka sebenarnya.
Salah satu cara lain untuk memahami seseorang adalah dengan menggunakan teknik “seandainya.” Misalnya, saat berbicara dengan seseorang, ajukan pertanyaan hipotetis seperti, “Kalau kamu tiba-tiba kehilangan pekerjaan, apa yang bakal kamu lakukan?” Jawaban mereka bisa mengungkapkan banyak hal tentang pola pikir, kesiapan mental, dan bagaimana mereka menghadapi tantangan.
Membaca seseorang juga bukan sekadar tentang mendengarkan apa yang mereka katakan, tetapi benar-benar mendengarkan dengan aktif. Seorang psikolog tidak membaca orang dengan bicara banyak, tetapi dengan mendengarkan secara cermat. Ulangi atau tanyakan kembali bagian penting dari yang mereka katakan. Ketika seseorang merasa didengar, mereka akan berbicara lebih banyak dan lebih jujur.
Selain itu, melihat pola perilaku juga lebih penting daripada menilai seseorang hanya dari satu kejadian. Jika seseorang terlambat sekali, mungkin itu hanya insiden biasa. Tetapi jika dia selalu terlambat dalam berbagai kesempatan, maka itu bisa jadi pola yang menunjukkan bahwa dia memang kurang disiplin. Begitu pula dengan orang yang sering menghindari pembicaraan serius, mungkin ada sesuatu yang mereka coba hindari atau sembunyikan.
Pakaian, gaya berbicara, dan pilihan kata seseorang juga bisa menjadi petunjuk penting dalam membaca orang. Seorang yang selalu berpakaian rapi dan simetris mungkin seorang perfeksionis. Seseorang yang sering berbicara tentang pencapaian mungkin memiliki kebutuhan akan validasi eksternal. Cara seseorang menampilkan dirinya ke dunia bisa memberi gambaran sekilas tentang bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri.
Salah satu cara terbaik untuk memahami seseorang adalah dengan mengamati bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain. Seseorang yang selalu mengeluh bahwa orang lain manipulatif bisa jadi sebenarnya dia sendiri memiliki kecenderungan itu. Orang sering kali memproyeksikan sifat mereka sendiri ke orang lain, sehingga apa yang mereka katakan tentang orang lain bisa menjadi refleksi dari diri mereka sendiri.
Hal menarik lainnya adalah memperhatikan siapa yang mereka hormati atau siapa yang mereka takuti. Cara seseorang memperlakukan orang lain bisa banyak bercerita tentang nilai-nilai mereka. Jika seseorang sangat menghormati orang-orang yang berintegritas, itu menunjukkan bahwa mereka juga menghargai nilai tersebut. Sebaliknya, jika seseorang hanya menghormati orang kaya dan berkuasa, mungkin mereka lebih materialistis dalam cara pandangnya.
Hal terpenting dalam membaca orang seperti seorang psikolog adalah menghindari penghakiman. Membaca orang bukan berarti menilai mereka dengan cepat atau mengkotak-kotakkan mereka dalam kategori tertentu.
Justru, memahami seseorang berarti memberikan mereka ruang untuk menunjukkan siapa mereka sebenarnya tanpa prasangka.
Psikolog membaca orang bukan untuk mencari kelemahan mereka, tetapi untuk memahami mereka lebih dalam. Kita semua bisa belajar membaca orang dengan lebih baik, tetapi pastikan keterampilan ini digunakan untuk membangun hubungan yang lebih baik, bukan untuk mengendalikan atau menghakimi orang lain.
Pada akhirnya, memahami orang lain bukanlah tentang memiliki kemampuan khusus untuk membaca pikiran mereka. Itu tentang keinginan untuk benar-benar melihat mereka apa adanya, bukan sekadar menghakimi dari permukaan.
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |