Di bukunya yang terkenal, Primal Leadership, Daniel Goleman bersama dengan Richard Boyatzis dan Anne McKee, mengungkapkan sebuah kisah yang menarik. Diceritakan tentang suatu unit tugas di BBC (British Broadcasting Service) yang mau dibubarkan. Isinya ada sekitar 200 jurnalis, yang tentunya sudah waswas mendengar berita tersebut. Masalah memuncak, tatkala yang mengumumkan adalah seorang direksi yang baru pulang sehabis liburan panjang. Lantas, saat mau membubarkan unit itu, ia pun dengan angkuhnya bercerita panjang lebar serta membandingkan payahnya unit kerja itu dengan kehebatan unit kerja yang mirip di kompetitor mereka. Tentu saja, akibatnya orang-orangpun menjadi sangat marah, ujung-ujungnya tambah runyam. Demo terjadi dan direksi ini pun makin dibenci. Ternyata, di artikel yang lain, diceritakan bahwa si direksi ini memang termasuk yang sudah diomongin dan dikasih masukan soal arogansinya. Tapi, dia tergolong direksi yang sulit menerima masukan. Kejadian di unit yang dibubarkan ini menjadi tamparan baginya, yang sebelumnya nggak sadar-sadar.
Demikianlah, kalau dijabarkan, hal itu sebenarnya terkait pula soal pentingnya self awareness atau kesadaran diri. Menurut Daniel Goleman di buku nomumentalnya, “Emotional Intelligence: Why It Matter More Than IQ” ia menyebutkan self awareness ini sebagai kemampuan seseorang buat mengamati (observe) dan meneliti (evaluate) apa yang sedang dan dipikiran, perasaan dan pengalamannya. Ia pun menambahkan pula catatan pendahulunya yang mempopulerkan EQ yakni John Mayer dari University of New Hampshire yang berujar “Self Awareness adalah kewaspadaan terhadap suasana hati dan pikiran saat menghadapi suatu situasi” Bagi Daniel Goleman, slef awareness adalah landasan terpenting untuk membangun kecerdasan emosi (EQ). Problemnya, ada banyak orang yang level keceradasan emosionalnya rendah yang disebabkan oleh rendahnya level self awareness mereka ini!
Pertanyaannya, jika digambarkan seperti apakah ciri mereka yang memiliki level kesadaran diri (self awareness) yang baik? Dalam pemikiran awalnya, Daniel Goleman menyebutkan bahwa ciri manusia yang memiliki self awareness yang tinggi itu ada tiga, yakni:
1. Memiliki kesadaran emosional (emotional awareness) yang baik. Dengan kata lain, ia mengenali dan menyadari emosinya saat ini. Tatkala ditanya, “Bagaimana perasaanmu hari ini? (How do you feel today)” atau “Apa sih yang membuatmu merasakan seperti itu?” (What make you feel that way?), dengan mudah mereka bisa menjawabya. Jadi, dengan level emotional awareness yang baik itu, seseorang tahu mengenai situasi perasaan dirinya saat ini dan mengerti apa yang menyebabkan ia merasakan perasaan seperti itu. Di sisi lain, ia pun tahu bagaimana perasaannya bisa menolong ataupun justru jadi menghambat dirinya atas apa yang sedang ia sedang lakukan.
2. Mempunyai keakuratan dalam menilai diri (accurate self assesement). Dalam hal ini, ia mampu menilai dan mengevaluasi dirinya. Termasuk kesadaran soal kelebihan dan kelemahannya. Mereka itu paham soal kelebihan dan kekurangan dirinya. Selain itu, mereka juga bisa mengerti dan punya kesadaran bagaimana kira-kira orang lain menilai dan memandang dirinya.
3. Punya rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi. Mereka umumnya memiliki rasa percaya diri yang baik. Meskipun mereka tahu bahwa mereka pastinya punya kekurangan tertentu, tapi mereka ini tidak dilemahkan oleh keurangan itu. Mereka tetap percaya dan fokus pada kelebihannya. Banyak atlit hebat dan orang-orang terkenal yang memiliki level percaya diri yang tinggi. Salah satunya adalah Helen Keller yang menulis dalam buku biografinya, “The Story of My Life” dimana ia mengatakan punya banyak kelemahan tapi ia tidak fokus pada kelemahannya. Disini, orang yang memilki level self awareness tinggi, mampu menerima dan melihat dirinya secara positif dan yakin dengan kemampuannya. Selain itu, ia pun memiliki self talk positif dan tidak melakukan sabotase terhadap dirinya
Sebaliknya, dari yang dijabarkan di atas, kita pun bisa menjelaskan mereka yang memiliki tanda-tandanya self awareness yang rendah yakni:
1. Tidak menyadari apa yang terjadi pada dirinya (not awareness what happened with themselves). Jadi, dia tidak menyadari tentang apa yang terjadi pada dirinya dan bagaimana perasaannya saat ini. Karena tidak sadar maka dia pun tidak bisa mengendalikannya. Salah satu tokoh komik Marvel yakni Hulk menggambarkan situasi ini. Ada masa ketika Hulk marah, sampai-sampai ia tidak mampu kendalikan emosinya dan setelahnya terjadi kerusakan dimana-mana yang ia sendiri tidak sadar. Ada pula contoh kasus yang menarik dimana seorang manager sebuh projek di sebuah lembaga non-profit bercerita, “Saya nggak tahu kalau saya lagi stress. Saat itu saya harus nangani proyek yang nggak selesai-selesai. Sampai saya kena asam lambung yang nyaris merenggut nyawa saya. Saat itu, dokter menyetakan stress saya penyebabnya. Setelah itu saya baru sadar. Untungnya belum terlambat tapi saya jadi harus istirahat panjang gara-gara stress yang saya tidak sadari itu!”
2. Tidak menyadari bagaimana orang lain melihat dirinya (Not awareness how people see him/her). Disini, dia tidak menyadari dan tidak peka bagaimana sih sebenarnya orang lain menilai dan mengevaluasi dia. Bahkan seringkaoi dirinya sebenarnya punya masalah dan orang lain pun tidak suka padanaya, tapi dia sendiri nggak menyadarinya, sampai ada yang mengatakannya. Misalkan ada kasus seorang assistant VP (Vice President) di sebuah perusahaan asuransi yang tidak dipromosikan karena sikapnya yang selalu defensif dan tidak bisa diberikan masukan. Ia sendiri tidak sadar. Hingga akhirnya, atasannya pun sampai kesel dan tidak mau mempromosikan dia hingga beberapa tahun kemudian gara-gara sikapnya itu. Namun, ia tetap merasa orang lainlah yang bermasalah dan tidak suka pada dia!
3. Tidak akurat menilai dirinya (not accurate to rate him/herself). Dalam hal ini, bisa jadi dia menilai dirinya bisa ketinggian atau kerendahan. Salah satu contoh kasus yang menarik dalam sejarah audisi di FactorX adalah kisahnya Rachel Lester yang masuk dalam kategori audisi terburuk. Diceritakan bahwa Rachel ini tidak bisa menyanyi sama sekali, namun ia tidak terima ketika dianggap gagal. Bahkan, ia memberikan dirinya nilai 10 dari skala 0-10, Ia pun ribut dengan juri yang menolaknya bahkan menganggap jurinya tak punya selera. Padahal jiak diperhatikan memang suaranya buruk dan dia nggak bisa nyanyi namun dirinya ngamuk ketika ditolak. Itulah contoh orang yang tak akurat dalam menilai dirinya sendiri.
4. Tidak memiliki kepercayaan diri (no self confidence). Ciri terakhir orang dengan self awareness rendah adalah ia tidak memiliki kepecayaan diri dengan kemampuannya sehingga cenderung jadi minder dan tidak berani menunjukkan diri dan kemampuannya. Ada contoh kasus yang menarik terkait dengan Paul Potts yang memenangkan British Got Talent seri pertama di tahun 2007. Tapi, yang tidak banyak orang tahu adalah bahwa dibalik kisah itu, Paul Potts sebenarnya adalah seorang yang sangat tidak pede. Untungnya, berkat istrinya yakni Julie-Ann yang mendorongnya dan memotivasinya, akhirnya ia pun berani mencoba. Dan ternyata suaranya bagus dan ia pun menang.
So, dari penjelasan di atas, pertanyaannya apakah Anda memiliki self awareness yang baik, ataukah jangan-jangan Anda memiliki ciri-ciri self awarenesss yang rendah. Berita baiknya adalah, self awareness ini bisa dilatih dan dikembangkan. So, belajar kembangkan dan latih self awareness Anda!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |