Di Sera Monastery atau biara para bhiksu di kota Lhasa, Tibet ada tradisi menarik. Yakni tradisi berdebat. Setiap Senin sampai Jumat sore, di salah satu halaman depannya, ada kebiasaan berdebat. Mereka saling adu argumen, berusaha meyakinkan pihak lain. Tapi, tujuan mereka bukan untuk menang atau saling mengalahkan musuhnya. Tapi dengan berdebat ini, mereka mendapatkan pemahaman dan kedalaman berpikir. Sebuah tradisi yang membuat para bhiksu disini punya pikiran yang tajam (sharp mind).
Kita bukan bicara soal spiritual. Tapi soal debat dalam hidup kita. Pertama, debat tidaklah buruk. Debat itu mempertajam pemahaman dan kedalaman kita akan sesuatu. Debat membuat kita berpikir. Kadang, ada orang yang anti debat. Pimpinan yang anti debat, orang tua yang anti debat atau guru yang anti debat. Sulit buat jadi matang dan dewasa, kalau kita anti debat.
Kedua, apa tujuan debat kita? Apakah demi ego menang kalah, ataukah untuk pencerahan. Debat menang dan kalah, kadang justru membuat kita makin picik dan sempit pikirannya. Karena kita cuma mau menang dan menang. Kita tertutup kupingnya mendengar pihak lain. Tapi kalau tujuannya pencerahan dan pendalaman. Kita berusaha memahami mengapa pihak lain punya pikiran yang berbeda. Kita berusaha menjelaskan, tanpa memaksa kita harus menang. Ujung-ujungnya, sama-sama kita akan belajar. So, selama ini Anda debatnya dengan ambisi mau menang atau untuk pencerahan?
Salam Antusias!
Anthony Dio Martin
www.anthonydiomartin.com
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |