Self-sabotage is when we say we want something and then go about making sure it doesn’t happen.” – Alyce P. Cornyn
Seorang peserta training saya, pada suatu kesempatan mengajak saya makan malam bersama. Pada malam tersebut, dia menceritakan kalau dirinya sangat rajin untuk mengikuti beragam pelatihan – pelatihan motivasi. Bahkan dirinya pun tergolong cukup rajin banyak membaca buku – buku yang terkait dengan pengembangan diri dan motivasi. Orang ini menceritakan apa yang menjadi problemnya. Ia bercerita mengenai kehidupannya yang tidak mengalami perubahan yang signifikan, padahal sudah banyak mengikuti beragam seminar, pelatihan serta banyak membaca buku motivasional. Ia juga menceritakan kalau sampai saat ini pun sudah mencoba mempraktekkan apa yang diajarkan di seminar, pelatihan, maupun dari buku. Tapi, rasa – rasanya hasilnya masih nihil.
Seorang sales dari sebuah perusahaan multinasional juga menceritakan hal yang mirip. Ia tergolong sales yang cukup rajin di perusahaannya. Selain itu rajin juga dalam mengikuti pelatihan yang diberikan perusahaannya, serta rajin membaca untuk pengembangan dirinya terutama dalam meningkatkan hasil salesnya. Orang ini juga cukup sering berkonsultasi dengan atasannya serta mempraktekkan apa yang dipelajarinya. Suatu ketika salesman ini menghampiri saya dalam sebuah pelatihan yang saya adakan. Ia bercerita mengenai kendala yang dihadapinya yaitu dari tahun ke tahun, pencapaiannya tidaklah pernah menembus angka tertentu. Rasanya selalu ada batasan dalam dirinya yang menghambat untuk menciptakan terobosan dalam hasil salesnya.
Di kesempatan lain, seorang eksekutif juga bercerita mengenai kehidupannya kepada saya. Perjalanan karirnya cukuplah bagus, setiap tahun selalu mendapatkan kenaikan income bahkan promosi juga sering didapatkannya. Hanya saja eksekutif ini bercerita kalau dirinya merasa kesulitan untuk menabung. Rasa – rasanya setiap kali ia mencoba untuk menabung, hanya sampai di angka tertentu dan tiba – tiba saja uang itu langsung habis entah kemana, entah karena sakit, ada pengeluaran mendadak, bahkan hal – hal lainnya yang tidak diduga. Hal ini ternyata terjadi sudah bertahun – tahun lamanya dan cukup mengganggu seperti seolah – olah ada tembok yang membatasinya.
Nah, apakah Anda pernah mengalami hal yang sama seperti yang terjadi di atas atau pernah mengetahui hal yang sama yang mungkin juga terjadi dalam kehidupan orang di sekitar kita? Inilah yang dinamakan ‘mental blok’ yang disebabkan oleh karena adanya sabotase diri. Sabotase diri ini biasanya terjadi karena adanya kepercayaan (belief) dan nilai – nilai (value) yang saling bertentangan yang ada di dalam diri kita. Umumnya, konflik ini terjadi diantara pikiran sadar (consciouness) dengan pikiran bawah sadar (unconciousness) yang telah tertanam sekian lama. Untuk Anda ketahui saja, saat pikiran sadar dan bawah sadar mulai bertentangan, biasanya pikiran bawah sadarlah yang keluar sebagai pemenang!
Pertentangan kepercayaan dan nilai ini terjadi secara tidak sadar dalam proses yang cukup panjang. Peserta yang cukup rajin mengikuti pelatihan maupun membaca buku – buku, setelah saya ajak konsultasi cukup panjang ternyata di dalam dirinya mengalami pertentangan mengenai apa makna sukses bagi kehidupannya. Ternyata dirinya memiliki kepercayaan yang keliru kalau ia menjadi sukses baik secara finansial maupun dalam hal yang lain, dirinya akan merasa terganggu jika menjadi pusat perhatian serta kehilangan privacy-nya. Hal inilah yang mengakibatkan terhambatnya dia dalam proses pencapaian kesuksesannya.
Seorang sales yang selalu mengalami batasan dalam pencapaian sales ini pun setelah berkonsultasi dengan saya, akhirnya didapati pula batasan yang terjadi dalam dirinya terpengaruh oleh kepercayaan dan nilai – nilai dalam dirinya yang salah. Sales ini ternyata sewaktu masa lalunya sewaktu masa remaja sering membantu orang tuanya berjualan. Ia cukup rajin membantu berjualan dan hasilnya pun cukup baik, sampai suatu ketika karena barang yang akan dijual itu hanya stoknya terbatas, akhirnya ia dimarahi oleh orangtuanya supaya tidak perlu terlalu bersemangat dalam berjualan. Ternyata hal ini secara tidak sadar mempengaruhi kepercayaan dan nilai dalam dirinya. Akhirnya, tiap kali mau mencapai target tertentu, tiba-tiba ia mendadak menjadi tidak bersemangat untuk membuat hasil penjualan yang melampaui targetnya.
Eksekutif yang saya ceritakan di atas, ternyata juga mengalami sabotase diri yang menarik. Saat saya ajak konsultasi, ternyata dirinya punya belief dan value yang bertentangan dengan apa yang mau dicapainya saat ini. Ternyata hal ini terjadi sewaktu dia masih SMA, waktu itu salah seorang temannya yang berasal dari keluarga kaya, ternyata sering dimintai teman – temannya untuk mentraktir. Ternyata inilah yang menjadi penghambat dirinya untuk memiliki tabungan, yaitu kepercayaan yang salah kalau memiliki tabungan yang banyak, maka akan ada orang – orang yang akan datang meminjam atau minta traktir ini-itu. Akhirnya saat mencapai jumlah tertentu selalu terhenti sampai disitu dan uangnya selalu berkurang dengan pengeluaran – pengeluaran yang tidak terduga.
Jadi, bagaimana cara mengatasi sabotase diri ini? Pembaca, minimal ada tiga tahapan yang bisa Anda lakukan yakni:
Pertama, mencoba analisa hal-hal bertentangan dalam diri Anda. Mulailah ambil waktu untuk merenungkan apa yang selalu menjadi pertentangan di dalam diri Anda. Biasanya ini terjadi jika kita memiliki konflik batin saat mau melakukan sesuatu. Hal inilah yang akhirnya akan menyebabkan terjadinya sabotase dalam diri Anda.
Kedua, cobalah selidiki kapan konflik itu muncul pertama kali dan apa penyebabnya. Coba pikirkan kembali kapan pertama kali hal ini muncul. Mungkin ada beberapa hal yang kita tidak bisa kita akses secara langsung, tetapi dengan menggunakan metode terapi bawah sadar (hypnotherapy), sebenarnya kita bisa akses kembali hal ini. Hal ini salah satu yang akan saya bahas di pelatihan publik di bulan ini. Saya akan membekali peserta untuk mengetahui akar masalah dan kapan hal itu dimulai yang secara sadar pikiran kita tidak dapat mengaksesnya.
Ketiga, cobalah ajukan pertanyaan untuk menggugat kepercayaan yang salah dan lihat dari perspektif baru. Inilah tahapan dimana kita akan meluruskan kembali hal yang salah, dari hal yang menghambat menjadi hal yang akan membuat kita menjadi berdayaguna. Caranya bisa dengan mengajukan pertanyaan yang menggugat. Contohnya : “Jika tetap seperti ini, apa kerugian yang akan saya terus menerus dapatkan?”, “Keuntungan apa sajakah yang akan saya dapatkan jika saya merubahnya?”, dll. Bisa juga dengan mengubah sudut pandang yang baru sehingga membuat diri kita menjadi lebih berdaya.
Mulai saat ini, cobalah cek apakah ada sabotase dalam diri Anda yang menjadi penghambat dalam kehidupan kita untuk menciptakan terobosan dalam hidup. Jangan biarkan diri Anda yang menjadi penghambat diri Anda sendiri!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |