Kebanyakan dari kita, belajar negosiasi dari pengalaman. Kita melihat dari cara orang tua, atasan ataupun orang sekeliling kita bernegosiasi. Kita pun mencontoh. Kadang sukses, kadang juga tidak.
Beruntungnya, kita tinggal di negara Asia yang harus banyak negosiasi. Jadinya, banyak contoh yang bisa kita lihat. Hal ini berbeda dengan orang-orang barat yang terbiasa dengan harga tetap (fixed price). Tampaknya mereka tidak terlatih untuk bernegosiasi.
Ada contoh menarik ketika saya di Bali. Saya melihat kecerdikan seorang anak kecil mempecundangi seorang turis bule. Saat itu ada seorang bule dengan kacamata hitam bersama gadisnya menanyakan pensil bermotif yang dijual si anak kecil. Si anak kecil itu memegang penail bermotif yang isinya 3. Dan si anak itu berteriak-teriak, “1 dollar.. 1 dollar“. Maka, terjadilah obrolan antara si anak kecil (A) dan si bule (B).
B: Hey you, come here. How much? (Hei kamu, sini. Berapa)
A: 1 dollar, Sir (1 dolar Pak)
B: Alrite (Baiklah)
Ketika melihat si bule itu tampaknya tak terlau keberatan dengan harganya. Si anak kecil itu menimpali dengan taktiknya waktu si bule mau mengambil duit.
A: One pencil, one dollar. This 3 pencil.. 3 dollar. (satu pensil, satu dollar. Jadi karna di dalam plastik ada 3 pensil, jadi 3 dollar).
B: Ow. Ok. Here’s 3 dollar (Ow ok, ini 3 dollar).
Dari jauh saya cuma mengamati bagaimana si bule macho “dikerjain” oleh si anak kecil itu. Yang jelas si anak kecil jago mengamati si bule. Jadi ketika melihat si bule itu tampaknya tak berkeberatan dengan harga 1 dollar itu, maka yang sebenarnya harga 1 dollar per bungkus pensil (isi 3), menjadi harga 1 pensilnya 1 dollar. 3 pensil, jadi 3 dollar. Entah kita mau mengatakan anak kecil itu licik atau cerdik, tapi ketika ia melihat saya mengamatinya, ia berkata dengan senyum ke saya, “Bulenya kaya kok Om” sambil ngeloyor pergi.
Apa pembelajarannya?
Bagi si anak kecil penjual itu, ia mengandalkan kemampuan observasinya. Mungkin ini bukan yang pertama kalinya ia berhasil “mengakali” si bule itu. Tapi yang jelas, ia berhasil mendapatkan untung. Minimal dari “kesepakatan” akhir itu, dia mendapatkan tambahan 2 dollar. Dari sebungkus pensil isi 3 yang harganya 1 dollar.Menjadi pensil yang harganya 1 dollar per buah.
Sementara, ada pula salahnya bule itu. Satu, ia tidak menanyakan detil, 1 dollar itu harga per buah atau per bungkus. Lantas, si bule itu pun tidak berusaha menawar. Maka, disinilah kita belajar tips pentingnya negosiasi harga.
Pertama-tama, belajarlah untuk menawar. Pepatah mengatakan, “Kalau kamu menawar, ada kemungkinan kamu mendapatkan pengurangan. Tapi, kamu kamu nggak nawar maka sudah dipastikan tidak mendapatkan pengurangan“. Jadi, mendingan mana? Menawar atau tidak? Ya,menawar dong! Meskipun, memamg ada risiko, penawaran kita tak berhasil. Tapi minimal, kita berusaha.
Kedua, sebagus apapun harganya, janganlah cepat mengiyakan. Penyakit kita adalah ingin cepat-cepat menyelesaikan suatu deal. Jadi,ketika merasa dealnya sudah bagus. Langsung saja kita mengiyakan. Padahal, ada suatu kebiasaan ketika orang dikasih deal dengan cepat. Mereka justru berpikir, “Jangan-jangan tawaran saya salah!“. Misalkan saja, ada seorang pembeli yang menawar suatu baju. Harga yang biasa adalah 200ribu. Harga modalnya sebenarnya 150ribu. Biasanya, si penjual tidak akan mau kalau orang menawar di bawah 200ribu. Kali ini karna buru-buru mau nutup. Si pembeli menawar 175ribu. Kita tahu harga sudah tergolong bagus. Tapi, karena si penjual langsung mengiyakan, si pembeli lalu berpikir, “Jangan-jangan harganya kemahalan“.
Ketiga, berilah respon terkejut, lalu dilanjutkan dengan sebuah teknik yang disebut “vise technique“. Teknik “vise” biasanya tanpa sadar kita terapkan ketika kita bertanya, “Ayolah, harusnya bisa kasih harga yang lebih bagus“. Ayau, kadang kita pakai kalinat singkat, “Pasnya berapa sih Bang“. Tanpa, sadar kita telah menerapkan vise technique ini. Terkadang, respon psikologis kaget dengan suatu tawaran, bisa membuat lawan berpikir, dia menawarkan harga yang ketinggian sehingga terpikir untuk menurunkan. Ditambah pertanyaan, “Ayo dong kasih harga lebih bagus” biasanya akan membuat pembeli berpikir untuk harga lebih masuk akal yang bisa dia tawarkan.
Keempat, siap-siap pergi. Teknik ini seringkali kita pakai di pasar. Tanpa sengaja teknik ini juga dijelaskan oleh ahli negosiasi Roger Dowson dalam bukunya “Secret of Power Negotiating“. Di dalam buku ini, teknik ini dianggap sebagai teknik pamungkasnya pembeli. Pasti Anda juga pernah merasakannya bukan? Ketika saat Anda mau pergi meninggalkan penjualnya, tiba-tiba Anda dikejar dan dia bilang “Ya udah Mas ambil deh“.
Itulah beberapa taktik yang sebenarnya sangat gampang dipraktekkan dan sebanarnya masih ada banyak teknik negosiasi yang bisa dipelajari. Biasanya dalam kelas Peak Negotiator yang kami ajarkan, berbagai teknik bernegosiasi itu dipraktekkan. Selamat mencobanya!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |