“Selamat memulai masa puasa!”
Ucapan ini, mulai bertaburan dimana-mana!
Yes, masa puasa tiba. Masa penuh berkah. Kenapa? Logikanya sederhana, orang berusaha menahan nafsu, amarah dan keinginan dagingnya. Tak heran, kalau banyak berkat dicurahkan selama bulan puasa ini.
Bahkan dalam tradisi agama-agama besar, puasa menjadi bagian dari kehidupan umatnya. Puasa, punya nilai spiritual yang tinggi.
Tapi, belakanganpun, para dokter banyak menganjurkan soal puasa. Maka muncullah banyak tipe puasa, ada model puasa Keto, ada puasa model intermittent yang diperkenalkan juga oleh Deddy Corbuzier sebagai OCD, dll.
Tapi, menjelang puasa, mari kita bahas empat model lainnya. Yakni puasa spiritual, finansial, mental, emosional. Kita tidak melihat dari perspektif agama manapun, tapi dari sisi kemanusiaan, dari sisi pengembangan diri (self development) dan ilmu psikologi.
Pertama-tama puasa spiritual. Puasa ini, bukan soal seberapa hebatnya pengetahuan agama kita. Tapi bagaimana kita berperilaku sebagai orang yang sungguh beriman. Banyak yang tahu tapi nggak dipraktekkin. Saya ingat salah satu peserta di suatu perusahaan yang berkata, “Saya nggak terlalu suka soal agama. Soalnya banyak pemeluk agama yang hipokrit. Hanya bicara dan tidak mempraktekkannya. Mengajari orang mempraktekkan kebaikan, tapi dia sendiri tidak mencontohkan“. Nah, kita tak perlu marah kepadanya. Tapi jadi refleksi biat kita semua. Kita buktikan, kita bukan yang tipe hipokrit, atau yang hanya bisa berkata-kata. Puasa yang ini, juga kaitannya dengan memperbanyak pahala. Juga berusaha menekan niat yang jahat. Perilaku salah, dan kecenderungan buruk kita. Yang justru makin menjauhkan diri kita dari Allah. Misalkan mengekang diri dari kata-kata yang jahat, gossip yang tak ada buktinya. Prasangka buruk. Termasuk juga, belajar menekan keinginan membalas, dan sungguh memaafkan.
Kedua puasa finansial. Puasa ini terkait dengan bagaimana mengekang diri kita dalam hal pemasukan dan pengeluaran. Halalkah dana yang kita dapatkan selama ini? Bagaimana cara memotong pendapatan dari cara-cara yang jelas-jelas, salah? Termasuk juga bagaimana mengatur pengeluaran selama ini? Kadang kala, ada yang justru selama puasa, jadi kalap dan pengeluaran malahan jadi berkali-kali lipat. Waduh! Termasuk langkah yang baik adalah ketika kita menahan pengeluaran namun bisa disedekahkan. Jadi, berkahpun makin berlimpah.
Ketiga, puasa mental. Dalam buku saya, Mental Detox, saya mengutip puasa mentalnya Anthony Robbins. Intinya selama sebulan, mengendalikan pikiran kita. Hanya mengkonsumsi hal yang positif. Memasukkan pembelajaran yang positif, mengendalikan dari pikiran yang negatif dan buruk. Biasanya tidak mudah, jika pikiran sudah terbiasa membangun yang namanya ANT (automatic negative thought). Termasuk belajar lebih apresiatif dan memberi support dan kalimat positif melalui kata-kata kita. Itupun bagian dari puasa mental.
Akhirnya puasa emosional. Puasa ini adalah berlatih pengendalian mood dan emosi tiap hari. Perasaan kesel, jengkel dan marah ketika memulai hari. Perasaan tersinggung, perasaan benci dan jengkel dengan sesuatu atau seseorang, adalah sesuatu yang lebih sulit dikendalikan. Fisik mudah dipuasakan, emosional, tidaklah gampang. Bagaimana tetap positif, antusias dan bersemangat selama bulan puasa, adalah bagian dari tantangan puasa emosional. Kadangkala kita melihat orang tertentu yang saat mempraktekkan puasa itu tampak lemeh, lunglai dan tidak antusias. Orang itu seakan-akan ingin mengatakan “betapa sengsaranya aku berpuasa“. Padahal, makin dirasakan sengsara, makin tersiksa. Harusnya bisa dijalankan dengan ikhlas, santai dan damai aja. Jadi dijalankan dengan rasa bahagia. Betapa luar biasanya, jika bisa demikian!
So, selamat menjalankan ibadah puasa dengan tidak hanya di fisik saja, tapi juga spiritual kemanusiaan, finansial, mental dan juga emosional! Sehingga setelah masa puasa, sungguh kita mendaparkan banyak “pembelajaran” dan “berkah” yang luar biasa! Akhirnya…
Masa Puasa,
Masa kita lebih peka
Peka dengan yang lebih kurang dari kita
Peka dengan yang terabaikan di sekitar kita
Peka lebih mensyukuri berkahnya kita
Peka dengan sisi gelapnya kita, serta..
Seberapakah nilai tambahnya diri kita?
Salam Antusias!
Anthony Dio Martin
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |