
Alkisah, ada seekor semut yang tinggal di atas punggungnya gajah. Sejak itu ia melihat bagaimana binatang lain menyingkir dari hadapannya. Tidak ada yang berani mendekatinya, bahkan lari ketakutan. Sejak itulah si semut merasa sombong. Ia berpikir betapa hebatnya dia karena semua binatang menyingkir dari hadapannya. Hingga suatu hari, si semut memutuskan turun dari punggung si gajah. Dan saat ia turun, sebuah kaki binatang besar menginjak semut itu sampai mati.
Begitulah kisah ini mengajarkan betapa banyak profesional, pemimpin ataupun calon pemimpin yang tidak sadar bahwa ia sebenarnya tak punya kemampuan. Ia berpikir dirinya hebat. Tapi sebenarnya ia hebat karena menempel atau sedang berkait dengan seseorang, satu organisasi dan lembaga tertentu.
Ini bisa bicara dalam banyak konteks. Bisa bicara soal kemampuan seorang anak, seorang karyawan, seorang calon pemimpin, seorang profesional ataupun seseorang yang telah jadi pemimpin. Misalkan saja. Ada seorang anak yang merasa dirinya hebat. Padahal yang hebat adalah orang tuanya. Jadi orang hanya kagum pada orang tuanya bukan pada dirinya. Atau profesional yang merasa dirinya hebat dan merasa orang sangat kagum pada kehebatannya. Tapi sebenarnya yang orang kagumi adalah organisasinya atau lembaganya. Jadi bukan pada diri mereka. Si profesional atau pemimpin ini cuma menipu dirinya sendiri.
Tragisnya adalah saat orang ini, si pemimpin ini, si calon pemimpin ini ataupun si profesional ini merasa sombong dan ia tidak tahu diri. Lantas suatu ketika, ia mencoba melepaskan diri. Saat ia merasa dirinya bisa hebat sendiri ataupun menjadi terlalu angkuh. Saat itulah ia baru akan sadar bahwa sebenarnya ia tidak memiliki kemampuan. Saat itu pula ia baru sadar bahwa orang bukan respek padanya. Orang semata-mata respek karena ada orang tua, organisasi ataupun lembaganya.
Masalahnya, sama seperti si semut itu yang tak sadar bahwa yang binatang lain takuti adalah si gajah. Begitu pula banyak pimpinan yang mengalami ilusi kemampuan seperti si semut ini. Mereka tak sadar mereka sebenarnya belum mampu, mereka tidak memiliki kemampuan yang direspek. Problemnya adalah jika tidak ada yang memberitahu ataupun ia dibiarkan. Orang mungkin hanya akan tertawa melihatnya. Ini jadi semacam dagelan. Ataupun dia cuma akan mengganggu dan merusak organisasi atau menganggu sekelilingnya dengan kemampuannya, yang sebenarnya tidak ada.
So, apakah yang bisa membuat si profesional ataupun si pemimpin ini agar pada akhirnya si profesional atau si pemimpin ini akhirnya menyadari soal ilusi kemampuan ini?
Pertama, si profesional dan pemimpin ini harus buka mata dan lebih peka. Ia perlu bertanya apakah selama ini, ia memang memiliki kemampuan ataukah jangan-jangan orang bukan melihat dirinya tapi semata-mata pada dimana atau kepada siapa ia menempel. Semakin cepat ia sadar dan buka mata, semakin ia terbebas dari ilusi kemampuan itu. Jika tidak ia akan jadi bulan-bulanan bahkan bahan tertawaan orang.
Kedua, orang lain disekitarnya juga perlu membantu membukakan matanya. Jika perlu diberitahu dan diingatkan. Kadang, ada profesional dan pemimpin yang setelah sadar dan diingatkan soal kondisi ini, ia mau berubah. Tapi, ada pula yang sebaliknya. Kadang, memberitahukan kepadanya tidak akan mempan lantaran si profesional ataupun si pemimpin ini sudah terlanjur terbutakan dengan ilusi bahwa ia hebat dan memiliki kemampuan.
Ketiga, si profesional ataupun si pemimpin diminta untuk membuktikan apakah sungguh mereka bisa mandiri atau sukses tanpa embel-embel siapa atau apa dibalik mereka itu. Umumnya mereka tak akan sanggup. Umumnya mereka tidak memiliki kemampuan yang memadai. Atau, saat mereka mencoba sendiri, akan ketahuan betapa buruknya kemampuan yang mereka punyai. Masalahnya, selama ini yang mereka andalkan adalah nama besar orang dibaliknya ataupun organisasi dibaliknya.
Akhirnya, yang paling celaka adalah ketika pribadi yang mengalami ilusi kemampuan ini ngotot untuk tampil dan jadi pemimpin. Oleh karena ia sebenarnya belum sanggup dan belum bisa tapi ia memaksa. Akhirnya yang terjadi cuma tragedi khususnya bagi orang-orang disekitarnya dan juga organisasi yang dia pimpin.
Salam Antusias
–Anthony Dio Martin–
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |