Isaac Newton adalah nama besar dalam dunia sains. Namun, di balik itu, ada kisah yang penuh kesepian dan kesulitan. Hidupnya tak mudah. Meski jenius, ia harus membayar mahal. Kehidupan sosialnya hampir tak ada. Ia lebih sering sendiri. Persahabatannya pun sangat langka.
Newton adalah orang yang sulit didekati. Secara emosional, dia tertutup. Secara sosial, dia terasing. Dia tidak pernah menikah. Tak pernah punya pacar. Musuh lebih banyak mengelilinginya daripada teman. Dia jarang bergaul. Dalam hidupnya, hanya ada satu teman sejati. Itu pun hanya John Wickins, teman kuliahnya.
Di dunia akademik, Newton sering terlibat konflik. Salah satunya dengan Robert Hooke. Mereka berseteru tentang teori cahaya dan warna. Newton keras kepala. Dia berjuang mempertahankan pendapatnya. Bahkan jika itu berarti memutus hubungan. Dia tak gentar menghadapi siapa pun. Tak heran jika musuh lebih banyak daripada teman.
Newton bertemu Wickins secara kebetulan. Saat itu, mereka berjalan di kampus. Keduanya merasa jenuh dengan teman sekamarnya. Mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Ini awal dari persahabatan mereka. Wickins sabar menghadapi Newton. Sifat-sifat Newton yang unik bisa ditoleransi oleh Wickins. Mulai dari sifat dinginnya hingga kebiasaan anehnya. Mereka belajar bersama. Berdiskusi tentang akademik. Wickins sering membantu Newton dalam eksperimen. Bahkan yang terasa gila sekalipun.
Namun, persahabatan ini tak bertahan lama. Mereka mungkin bertengkar besar. Setelah itu, Wickins tak pernah lagi bicara tentang Newton. Aneh memang. Sebagian besar orang akan bangga mengenal orang sepertinya. Tapi Wickins tidak. Dia bahkan tidak menceritakan tentang Newton kepada anaknya. Seolah-olah hubungan itu tidak pernah ada.
Di sinilah sisi manusiawi Newton terlihat. Di balik kejeniusannya, ada kerapuhan. Newton juga punya kelemahan dan ketakutan. Wickins mungkin melihat sisi itu. Mungkin itulah yang membuat perpisahan mereka pahit.
Setelah Wickins pergi, Newton mungkin menyadari pentingnya teman. Namun, dia tetap melanjutkan hidup. Dia mencari asisten baru. Persahabatan sejatinya berakhir di situ.
Newton semakin mengisolasi diri. Dia habiskan waktu berjam-jam dalam kesendirian. Bahkan bertahun-tahun. Dia fokus pada teori-teorinya. Tidak banyak interaksi dengan dunia luar. Ironisnya, kesepian ini memberinya ruang berpikir. Ide-idenya lahir dalam sunyi. Hukum gravitasi, misalnya. Itu hasil pengamatan bertahun-tahun. Semua dilakukan dalam kesendirian.
Namun, harga yang harus dibayar juga besar. Hidup Newton penuh prestasi gemilang. Tapi juga diwarnai kesedihan mendalam. Meski dunia mengagumi kecerdasannya, hidupnya kosong. Kekosongan emosi yang mungkin tak pernah terisi hingga akhir.
Newton terus bekerja dengan intensitas yang luar biasa. Dia meneliti, menulis, dan berpikir tanpa henti. Pikirannya tak pernah berhenti mencari jawaban. Dia bahkan jarang tidur. Kadang, dia lupa makan. Semua demi mengejar pemahaman yang lebih dalam. Hukum gerak, prinsip gravitasi, dan penemuan lainnya lahir dari kesendiriannya. Tapi, semua itu tak mengisi kekosongan di hatinya.
Newton menjadi semakin terisolasi seiring berjalannya waktu. Orang-orang menjauh darinya. Dia juga menjauh dari mereka. Dia hanya fokus pada pekerjaannya. Teman-teman semakin jarang datang. Tak ada yang benar-benar dekat dengannya. Newton menyadari hal ini. Tapi dia tak peduli. Dia merasa, mungkin ini adalah harga yang harus dibayar.
Kisah Newton membuka diskusi penting. Tentang pilihan hidup yang kita buat. Apakah kita ingin dikelilingi teman dan kebahagiaan? Atau kita memilih bekerja keras? Demi meninggalkan jejak yang abadi? Tak ada jawaban yang benar atau salah. Persahabatan, seperti banyak hal, punya kelebihan dan kekurangan.
Bagi mereka yang bekerja di bisnis dan karier, refleksi ini penting. Apakah Anda siap mengorbankan hubungan pribadi? Demi mencapai puncak karier? Ataukah Anda memilih keseimbangan? Meskipun itu berarti sedikit menurunkan ambisi? Seperti Newton, pilihan itu akan membentuk hidup Anda. Bukan hanya karier, tapi juga kualitas hidup.
Newton membuat pilihannya. Dia memilih jalan yang sulit. Jalan yang sunyi. Tapi dia berhasil meninggalkan jejak yang tak terhapuskan. Dunia mengenang Newton sebagai ilmuwan besar. Tapi juga sebagai sosok yang kesepian. Seiring waktu, mungkin kita akan dihadapkan pada pilihan serupa. Apakah kita siap menjalani hidup yang penuh tantangan, tapi sepi? Atau kita lebih memilih kebahagiaan sederhana, tapi tanpa warisan besar? Pilihan itu ada di tangan kita.
Sebagai penutup, kita bisa melihat bahwa hidup Newton penuh kontradiksi. Dia mencapai banyak hal. Tapi dia juga kehilangan banyak hal. Kisahnya adalah cermin. Cermin yang bisa kita gunakan untuk melihat ke dalam diri kita sendiri. Merenungkan, pilihan hidup mana yang benar-benar kita inginkan.
Dr. Anthony Dio Martin
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |