Sebagai seorang trainer yang terbiasa mengajar di Indonesia, saya merasakan betul betapa menantangnya untuk bisa keluar dari zona nyaman. Lalu, menghadapi audiens dengan latar belakang budaya, bahkan bangsa yang berbeda. Biasanya, banyak trainer yang masuk panic mode dan menolak dengan alasan, “Kemampuan bahasaku terbatas!”. Kadang, membayangkan harus mengajar dalam bahasa asing dan audience yang berbeda, itu saja, sudah membuat mules!
Sedikit cerita. Setelah pandemi, saya mendapat kesempatan mengajar tidak hanya di Thailand, tetapi juga di Singapore. Juga pengalaman mengajar audience dengan latar bangsa yang berbeda. Dari India, US, Burma, Malaysia, China, Phillipines, Jepang, dll. Pengalaman ini membuka mata saya tentang betapa menantangnya, sekaligus “exciting”nya, mengajar di lingkungan yang multikultural. Ada banyak pelajaran yang saya petik, dan hari ini saya ingin membagikannya kepada Anda.
Keluarlah dari Zona Nyaman
Ketika pertama kali mengajar di luar negeri, tantangan terbesar adalah menghadapi ketidakpastian. Tidak tahu bagaimana audiens akan bereaksi, tidak tahu apakah metode yang digunakan akan diterima dengan baik, atau bahkan apakah bahasa yang digunakan sudah tepat. Namun, justru di sinilah letak kekuatan seorang trainer sejati. Keluar dari zona nyaman bukan hanya soal mencoba hal baru, tapi juga soal mengasah kemampuan untuk beradaptasi dan berkembang. Dalam konteks mengajar di negara lain, ini berarti siap untuk menghadapi audiens dengan budaya, kebiasaan, dan pola pikir yang berbeda.
Memahami Budaya Audiens
Setiap negara memiliki cara pandang dan norma yang berbeda dalam hal belajar dan menerima informasi. Misalnya, peserta di Singapore mungkin lebih formal dan menghargai struktur dalam presentasi, sementara peserta di Thailand mungkin lebih menghargai pendekatan yang lebih personal dan santai. Memahami budaya audiens adalah kunci agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik. Ini memerlukan kemampuan untuk melakukan riset dan observasi sebelum mengajar, agar bisa menyesuaikan materi dan metode dengan kebutuhan mereka.
Menyesuaikan Bahasa dengan Peserta
Bahasa adalah alat komunikasi utama, dan sebagai trainer yang mengajar di luar negeri, kemampuan berbahasa Inggris adalah keharusan. Namun, ada kalanya memahami beberapa frasa dalam bahasa lokal bisa menjadi keunggulan tersendiri. Misalnya, saat mengajar di China, meskipun bahasa Inggris adalah bahasa pengantar, mampu menyapa atau menambahkan frasa dalam bahasa Mandarin bisa menjadi icebreaker yang efektif dan menunjukkan bahwa Anda menghargai budaya lokal. Ini tidak hanya meningkatkan koneksi dengan peserta, tetapi juga menambah kredibilitas Anda sebagai trainer yang global.
Mengapa Ini Penting bagi Kita Trainer di Indonesia?
Sayangnya, masih lebih banyak trainer luar negeri yang datang untuk mengajar di Indonesia daripada kita yang keluar untuk berbagi pengetahuan di luar. Ini adalah peluang yang sebenarnya bisa kita kejar. Mengajar di luar negeri tidak hanya memperluas pangsa pasar, tetapi juga memperluas cakrawala kita. Kita tidak ingin menjadi seperti katak dalam tempurung, terbatas pada pengalaman dan wawasan yang sempit. Dengan mengajar di luar, kita bisa melihat dunia dengan perspektif yang lebih luas, belajar dari audiens yang berbeda, dan membawa pengalaman tersebut kembali ke tanah air.
1. Mastering Language (Penguasaan Bahasa)
Menguasai bahasa Inggris dengan baik adalah syarat mutlak, namun ada baiknya juga belajar beberapa frasa dalam bahasa lokal, misalnya Mandarin saat mengajar di China. Ini menunjukkan respect dan bisa menjadi alat untuk membangun keakraban dengan peserta.
2. Global Perspective (Wawasan Global)
Sebagai trainer global, penting untuk memahami situasi dan isu-isu global yang relevan. Tahu apa yang sedang terjadi di negara peserta Anda, dari ekonomi hingga budaya, akan membantu Anda menyesuaikan materi agar lebih relevan dan relatable.
3. Adapt Your Style to Audience (Adaptasi Pola Pembelajaran)
Setiap negara memiliki cara belajar yang berbeda. Di beberapa negara, peserta mungkin lebih suka diskusi interaktif, sementara di negara lain, mereka mungkin lebih menghargai ceramah yang terstruktur. Sebagai trainer, Anda perlu fleksibel dan siap untuk menyesuaikan metode pengajaran sesuai dengan preferensi audiens.
4. Understanding Local Issue (Memahami Isu Lokal)
Sebelum memulai kelas, luangkan waktu untuk membaca dan memahami isu-isu nasional atau lokal yang sedang hangat di negara tempat Anda mengajar. Ini tidak hanya membuat materi Anda lebih relevan, tetapi juga menunjukkan bahwa Anda peduli dan menghargai audiens Anda.
Akhirnya, dapatlah kita simpulkan bahwa menjadi trainer di kelas global bukan hanya soal mengajar, tapi juga belajar. Belajar memahami budaya, menyesuaikan diri, dan terus memperkaya wawasan. Ini adalah investasi yang sangat berharga, baik bagi karir Anda sebagai trainer maupun bagi perkembangan pribadi. Jadi, jangan takut untuk keluar dari zona nyaman. Karena di luar sana, ada dunia yang menunggu untuk Anda ajar, dan lebih dari itu, menunggu untuk mengajari Anda. Challenge yourself to your maximum potential!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |