Lisa kebingungan. Cintanya pada Richard sebenarnya kagak main-main. Sampai-sampai ia mempertaruhkan keluarganya dengan cara pindah dari luar pulau ke Jawa demi bersama Richard. Lisa menuruti ucapan Richard, “Lis, kalau kamu memang menghendaki hubungan kita berlanjut, pindahlah kesini”. Dan Lisapun menurutinya. Tetapi, empat tahun sejak kepindahannya, hubungan mereka tetap dikenal hanya pacaran biasa, semua temannya menanyakan, “Kapan ke pelaminan?” Lisa siap, tetapi Richard selalu mengelak setiap kali ditanya soal ini.
Kasus yang lain terjadi pada Wilma. Ia merasa terperosok dalam jerat cintanya Peter. Padahal, ia sudah diingatkan bahwa Peter adalah laki-laki ‘charming’ dan berbahaya. Wilma sudah diingatkan bahwa Peter adalah petualang cinta. Setahun bisa berganti-ganti pacaran beberapa kali. Hal yang menyakitkan ketika Peter dibawa ke pesta teman-temannya Peter, ada seorang rekan Peter bertemu langsung bertanya pada Peter, “Eh, barang baru lagi ya?” Wilma kesel dikatai “barang” tetapi ia tidak bisa melepaskan ketertarikannya pada Peter. Wilma tahu bahwa sama seperti gadis yang lain, hubungannya dengan Peter juga tidak akan lama.
Kisah-kisah di atas adalah berbagai contoh yang dialami oleh wnita yang terjebak dengan lelaki yang dikatakan mengalami “James Bond Syndrome”. Memang istilah ini tidaklah resmi yang saya populerkan saat mengisi salah satu perbincangan di suatu jaringan radio nasional. Namun, setelah radiotalk tersebut, berbagai email dan pertanyaan via twitter maupun facebook, dilayangkan pada saya.
Mengenal James Bond Syndrome?
“My name is Bond…James Bond”. Itulah kalimat yang sering diucapkan tokoh agen rahasia Inggris bernama James Bond atau yang lebih terkenal dengan Agen 007. Tokoh ini selalu digambarkan dengan profil laki-laki ganteng, macho, menawan, fun dan penuh petualangan. Karakter fiksi yang diciptakan tahun 1953 oleh penulis Inggris bernama Ian Fleming ini selalu digambarkan dengan suka minum, suka petualangan dan suka wanita. Konon, karakter ini sendiri adalah personifikasi dari pribadi si penulisnya sendiri yang banyak menghabiskan waktu bersenang-senangnya di Karibia.
Seperti kita ketahui, dalam setiap film petuluangan James Bond, selalu ada wanita, baik wanita jahat dan juga wanita baik yang selalu tampil cantik dan menarik. Dan di setiap film itu pula, selalu diceritakan bagaimana James Bond selalu menikmati hubungan asmara dengan wanita yang berbeda-beda tersebut. Memang sih, dalam salah satu filmnya yakni On Her Majesty’s Secret Service, dikisahkan sebenarnya James Bond akhirnya menikah dengan seorang wanita bernama Tracy. Sayangnya, Tracy lantas dibunuh dan sejak itulah Bond tidak pernah terikat pada komitmen dengan siapapun.
Nah, bagaimana tokoh kisah James Bond yang terkenal ini kita kaitkan dengan tokoh pemuda dan laki-laki yang kita sebut mengalami “James ond Syndrome”? Seperti dikisahkan dalam kasus-kasus di atas, sindroma James Bond ini kemudian dapat kita gambarkan pada laki-laki yang memang takut bikin komitmen. Mereka bertualang, mereka mungkin menikmati hubunga yang singkat ataupun panjang, tetapi hubungan mereka tidak akan pernah jadi komitmen resmi. Tatkala ditanya kelanjutannya, mereka akan berdalih, “Kita jadi teman aja ya” ataupun kalimat-kalimat seperti, “Sorry. Saya belum siap!”.
Beribu Macam Alasan
Mengapa lelaki ini takut bikin komitmen? Mereka ini tidak ada hubungannya dengan para biksu, rohaniwan yang memang hidupnya selibat, atau memutuskan tidak menikah karena alasan spiritual. Mereka bisa menikah! Bahkan, mereka ini sebenarnya lebih dari mampu untuk menikah. Tidak ada alasan ekonomi, bukan karena mereka tidak bisa mengurusi anak, juga bukan pula karena alasan kejantanan, ataupun karena orientasi seksual. Tetapi, lelaki yang mengalami James Bond Syndrome ini memag punya masalah psikologis yang membuat mereka takut menjalin komitmen selamanya dengan seorang wanita.
Ada berbagai alasan yang mengganjal mereka. Misalkan saja, Jossi punya alasan, “Saya trauma dengan perkawinan orang tuaku dulu. Menikah, tapi kerjanya tiap hari berantem. Buat apa menikah kalau isinya hanya bertengakar dan membuat anak jadi trauma?” katanya. Sementara, Rio yang pekerjaannya sebagai konsultan business yang kerap travelling punya alasan, “Kasihan keluarga. Pasti akan seringkali ditinggal-tinggal”. Namun, alasan berbeda diberikan oleh Tony, anak seorang pengusaha kaya, “Terus terang, komitmen pernikahan sama saja bunuh diri buatku. Setelah menikah, saya akan kehilangan banyak sensasi yang bisa diperoleh bersama banyak wanita”. Herannya, pada kasus mereka, meskipun para wanita yang didekati mereka sudah tahu, misalkan pada kasus Tony, banyak yang tahu bahwa hubungan mereka tak akan panjang, tetapi mereka tetapi saja nekat menjalaninya dengan para pria ini.
Bisakah Disembuhkan?
Syndroma James Bond ini memang sifatnya psikologis. Khusus pada mereka yang takut buat komitmen karena trauma ataupun kekhawatiran akan menciptakan masalah bagi anak keluarganya, ternyata setelah mereka mencemplungkan diri dalam perkawinan, toh sebenarnya mereka bisa menjadi ayah serta suami yang baik. Dan untuk yang latar belakangnya trauma masa lalu, umumnya psikoterapi atau sesi-sesi konseling biasanya akan membantu proses pemulihan mereka. Namun, perhatian yang besar justru memang perlu diberikan kepada yang tidak ingin buat komitmen karena sensasi gonta ganti wanita. Biasanya, kalaupun akhirnya mereka komit ke dalam perkawinan, petualangan cintanya mereka belumlah usai. Kadang, mereka bisa terus melanjutkan petulangannya bahkan setelah menikah dan punya anak. Nah, khusus yang satu ini memang kalau mau sembuh, biasanya butuh terapi yang banyak, mulai dari psikoterapi hingga shock terapi!
Saran Bagi Cewek Menghadapi Cowok James Bond Syndrome:
1. Jangan cepat-cepat kasih sepenuh hatimu, apalagi memberikan seluruh dirimu sampai ke tempat tidur.
2. Santailah dengan laki-laki seperti ini. Dengarkan kisahnya dan jika ia tidak sepenuh hati denganmu, anggap dia sebagai teman biasa saja, tak lebih dari itu.
3. Cari tau sejarah cintanya. Semakin banyak wanita yang pernah ditinggal, ada kemungkinan dirimu akan jadi nomer berikutnya.
4. Kalaupun mau terus berlanjut dengan lelaki seperti ini, kamulah yang harus mengatur kehidupannya, jangan sampai kamu diaturnya.
5. Berlakulah seakan-akan kamu tidak membutuhkannya. Dan memang sih, ada baiknya kamupun tidak hanya bergantung sepenuhnya pada diri lelaki ini.
6.Lihatlah dari apa yang dilakukan, bukan apa yang dikatakannya. Dan jangan cepat memberikan maaf atas semua kelakukannya. Mungkin saja dia sudah berulang kali meminta maaf pada berbagai wanita lain sebelumnya.
7. Dan kalau hubunganmu selalu berakhir dengan laki-laki yang takut membuat komitmen seperti ini, mungkin kamulah yang butuh konseling serta terapi!
(Anthony Dio Martin, Best EQ Trainer Indonesia, penulis, trainer yang bisa diakses melalui www.anthonydiomartin.com, email: info@hrexcellency.com. Facebooknya: www.anthonydiomartin.com/go/facebook atau twitter: @anthony_dmartin)
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |