Orang tua mana yang tak hancur hatinya? Bayangkan saja, jika sebagai orang tua, Anda mendapatkan berita bahwa anak Anda mengalami pencabulan dan kejahatan seksual di tempat ia bersekolah dan menuntut ilmu. Bagaimana rasanya? Bayangkan saja, sekolah, tempat menuntut ilmu, yang seharusnya menjadi sarana pendidikan karakter dan membangun wawasan, ternyata menjadi tempat melakukan tindak asusila, yang bisa-bisa justru merusak masa depan anak-anaknya.
Adalah bangunan Jakarta International School atau JIS, sebuah sekolah international terbesar di Jakarta yang kini menjadi saksi bisu kejadian asusila bagi anak-anak. Di balik bangunan yang pengamanannya berlapi-lapis bak kedutaan, ternyata dibaliknya justru menjadi tempat yang penuh risiko bagi anak-anak disana. Beritanya pun terkuat kemana-mana.
Awal beritanya, seorang anak TK yang baru berusia 6 tahun, berisinial MAK jadi korban tindakan asusila di sekolahnya yang diduga dilakukan petugas kebersihan disana. Kejahatan asusila ini berawal dari kesalahan yang dilakukan oleh si anak ini yang pipisnya berceceran kemana-mana. Lantas, ia pun dihukum oleh para petugas cleaning service, yang nota bene adalah karyawan oursourcing yang dipekerjakan disana. Dan gara-gara kesalahan kecil ini, lantas dijadikan kesempatan untuk melakukan tindakan asusila yakni anak itupun disodomi berulang kali.
Setelah kejadian inipun, si anak tidak bisa langsung diajak untuk membongkar kejahatan yang dialaminya. Awalnya si anak hanya mengatakan, “I’m fine Mom”. Hingga akhirnya, oleh karna si anak suka dengan tokoh Captain America. Akhirnya, dengan cara menyamar menjadi tokoh Captain America, maka dari mulut di anak, bisa diungkap apa yang sebenarnya dialaminya.
Kasuspun terbongkar. Dari enam cleaning service yang diceritakan, lima tertangkap. Sialnya, salah satu cleaning service bahkan berhasil bunuh diri degan meminum cariran pembersih sehingga mungkin ada fakta darinya yang akan tidak bisa dibongkar. Akhirnya, juga ketahuan bahwa para cleaning service ini juga sering melakukan hubungan asusila diantara mereka.
Berkat kasus ini, kejadian yang tertutup rapat selama bertahun-tahunpun terkuak. Di media social, kini berkembang pengakuan dari banyak mantan siswa-siswi di sekolah terebut yang mengakui bahwa pelecehan seksual adalah sesuatu yang telah seringterjadi. Bahkan, para gurunya pun banyak yang melakukannya kepada siswanya. Namun, para orang tua maupun pihak sekolah menutupinya. Bahkan, yang lebih mengerikan, seorang tokoh pedofil yang paling dicari FBI yakni Willaim James Vahey pernah mengajar di sekolah tersebut selama 10 tahun.
Banyak pihak lantas menyayangkan pihak sekolah yang kesannya menutup-nutupi kejadian ini. Surat edaran dari sekolah yang melarang pihak orang tua berbicara kepada public. Lantas, lokasi toilet tempat kekerasan sesksualpun telah direnovasi. Bahkan sekolah yang telah mendapatkan laporanpun, tidak melakukan apapun sampai pihak orang tua yang harus membeberkannya kepada public. Dan di awal Juni 2014 pun, Polda Metro Jaya menerima lagi lagi laporan kejahatan seksual terhadap siswa sekolah JIS berinisial DA (6) yang diduga dilakukan oleh gurunya sendiri.
Kini, semua kasus itu telah terbongkar, dan terus dibongkar. Ini bukan lagi pelecehan, bukan lagi sekedar kekerasan tetapi sudah merupakan kejahatan! Kasus ini mungkin saja menjadikan Jakarta dan berbagai kota besar di Indonesia, untuk memberi pringatan kepada para orang tua untuk waspada. Kasus ini, bukan hanya bisa terjadi di sekolah JIS tapi disekolah manapun. Artinya, sekolah yang kita anggap aman dari tindakan kejahatan, justru mungkin sedang mengintai anak-anak kita. Inilah saatnya bagi para orang tua, para pembimbing, para guru dan kepolisian menjadi lebih waspada. Hantu kejahatan seksual kini sedang mengintai anak-anak kita dimana-mana!
Dari berbagai kasus dan kejadian soal kejahatan sesual yang menimpa anak-anak di negeri ini, apakah pelajaran terpenting yang bisa dipetik dari kejadian ini?
Pertama-tama, soal profil pelaku. Ternyata para pelaku, sebelumnya ada beberapa yang dulunya adalah korban. Maka, sebenarnya disini berlakulah apa yang dikenal sebagai the victim-predator cycle! (lingkaran korban-pelaku). Misalkan saja, ternyata salah satu pelaku kejahatan seksual di JIS yang bernama Zainal yang kini berusia 28 tahun, pernah jadi korban sodomi sebelumnya. Akhirnya terungkap bahwa Zainal, telah disodomi sejak berusia 5 tahun. Juga, ketika berusia 14 tahun, ia pernah dipanggil seorang laki-laki dari dalam mobil di sekitar Bundaran Pondok Indah, Jakarta Selatan, yang berjarak sekitar 800 meter dari sekolah itu. Di dalam mobil, Zainal disodomi oleh laki-laki yang ternyata adalah Willam James Vahey yang merupakan buronan Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI), yang pada waku itu mengajar di JIS.
Di sinilah kita melihat bahwa korban berpeluang besar untuk menjadi pelaku. Untuk memutus siklus ini orang tua perlu bertindak cepat. Konseling dan pendampingan, adalah kunci penting disini. Ada siklus dari korban menjadi pelaku yng perlu diputuskan! Secara rohani dan secara psikologis perlu dihentikan!
Kedua, soal rasa malu terhadap kejadian ini! Sebelum kejadian JIS terbongkar, sebenarnya ada banyak orang tua yang tahu dan yang mungkin curiga, tapi lantas didiamkan. Sebenarnya wajar saja, kalau orang tua merasa malu, anaknya jadi korban sodomi. Dan sekolahpun jadi malu karena reputasi sekolah dipertaruhkan pula disini. Karena itulah, ada kecenderungan untuk mendiamkan saja kejadian ini. Dan di media social belakangan ini juga muncul banyak pengakuan anak mantan JIS yang mengatakan sudah tahu lama bagaimana gurunya melakukan dengan sesama guru dan juga kepada siswanya! Dengan demikian, kejadian di JIS adalah sesuatu yang telah diketahui namun didiamkan dan dibiarkan. Jadi sebenarnya, kita bisa mengatakan bahwa sungguh sebutan “pahlawan” layak diberikan kepada orang tua si MAK 6 tahun, yang bersedia membongkar kasus ini! Dengan demikian, banyak anak lain yang bisa terselamatkan.
Disini kita pun belajar bahwa malu tidak akan menyelesaikan masalah. Kejahatan akan terus terulang kalau dibiarkan! Masa depan seorang anak dan keamanan psikologis seorang anak, adalah lebih berharga daripada reputasi sekolah maupun reputasi nama orang tua! Kejahatan seperti ini seharusnya dibongkar agar jangan sampai makin banyak korban terjadi pada anak-anak yang berikutnya.
Ketiga adalah soal keterbukaan dengan anak-anak. Apalagi kalau ditinjau dari sisi psikologi perkembangan anak. Anak yang belum remaja, kadang masih belum terlalu tahu soal siapa baik dan siapa jahat. Bahkan anakpun belum tahu, apakah perlakukan mengelus-ngelus alat kelamin itu dianggap baik atau tidak! Biasanya, para pedofil mengatakan “karena paman sayang, maka salah satu caranya adalah dengan mengelus-ngelus alat kelaminmu”. Lebih parahnya lagi, anak pun tidak mau buka mulut karena dua alasan utama. Pertama, takut karna diancam. Kedua, karena takut sebab merasa sudah berjanji pada orang yang begitu baik kepadanya. Makanya, sangat beruntung bahwa kasus di JIS bisa dibongkar, itupun setelah di anak bisa diajak bicara dengan cara menyamar menjadi Captain America.
Jadi, apakah pembelajaran buat kita? Yang jelas, anak bukan tipe yang gampang bicara soal apapun, kecuali pada orang yang dirasakan dekat. Karena itulah, sangat disarankan untuk dekatlah dengan si anak untuk membuat anak bisa bicara apa saja. Janganlah menjadi orang tua yang robot dan repetitive, hanya menanyakan yang itu-itu saja. Pahami dan jadilah teman berbincang bagi si anak.
Keempat adalah soal tanggung jawab sekolah. Sebenarnya, banyak pihak yang menyayangkan sekolah international JIS ini. Yang jelas, ini sekolah yang sangat mahal. Sekolah elit dan banyak orang tua yang sangat bangga anaknya bersekolah disana. Pengamanannya pun sangat ketat bahkan tidak sembarang orang bisa masuk ke sana Bahkan setelah kejadian, beredar surat edaran yang melarang ortu bicara kepada pihak media dan tempat lokasipun langsung direnovasi.
Jadi apa pembelajaran yang bisa kita petik disini? Yang jelas, sekolah, adalah pusat mendidik, bukan cuma menimba ilmu. Sekolah punya dua tugas penting yakni menambah ilmu pengetahuan serta membangun karakter. Karena itulah, sekolah perlu screening gurunya. Paling tidak, sekolah perlu cek reputasi si orang ini di internet, media social, dll! Sekolah pun perlu bertanggung jawab bukan hanya memberikan ilmu tapi membantu membangun karekter serta menyediakan solusi. Makanya, sebenarnya saat ini makin dirasakan perlu bagi sekolah untuk menyediakan konselor yang bisa diterima anak-anak agar bisa curhat secara terbuka! Saatnya sekolah memberikan perhatian pada pendidikan membangun karakter ini!
Dan akhirnya, kelima adalah soal pencegahan dan sosialisasi. Sebenarnya, secara umum, kasus kekerasan banyak terjadi pada lingkungan kumuh dan anak-anak di jalanan. Tapi kini? Ia terjadi di sekolah bereputasi internasional. Apa artinya? Artinya, kita mulai harus waspada. Hal ini bisa terjadi dimanapun!
Masalahnya, banyak orang tua kita sekarang yang merasa tidak nyaman bicara soal seks. Namun, dengan melihat kondisi ini, ada baiknya orang tua mulai belajar membahas pelajaran seksual sederhana. Misalkan saja, ajarkan apa yang boleh dipegang dan tidak boleh dipegang oleh orang lain selain oleh papa dan mamanya! Di sisi lain, sekolah pun perlu perhatian, dan ikut mengajarkan. Dalam hal ini, tetap berlaku, “prevention is better than cure”, mencegah lebih baik daripada mengobati!
Dan akhirnya, pemimpin pun harus mulai berani tegas. Dalam hal ini, pemimpin harus berani tegas mengatakan, bukan menyembunyikan. Dan disisi lain, juga tegaskan hukumannya! Selama ini, hukuman bagi pelaku kejahatan seksual hanyalah sekitar 5 hingga 15 tahun penjara. Padahal, anak yang telah jadi korbannya, akan mengalami trauma seumur hidupnya! Karena itulah, jika ada kasus semacam ini seharusnya diumumkan, diproses hingga dihukum seberat-beratnya! Paling tidak, dengan demikian, pelakunya akan berpikir dua kali sebelum melakukannya. Selama ini, Indonesia telah mulai disebut sebagai surga bagi para pedofil, setara dngan Thailand. Ini akibat penegakan hukum, pengawasan orang tua yang lemah, serta langkah pencegahan kita yang tidak serius. Sungguh, saat ini kita harus waspada!
Anthony Dio Martin “Best EQ trainer Indonesia”, direktur HR Excellency, ahli psikologi, speaker, penulis buku-buku best seller, host program Smart Emotion di radio SmartFM Jakarta, pengasuh rubrik Motivasi di harian Bisnis Indonesia. Twitter: @anthony_dmartin dan fanpage: Facebook, website: www.hrexcellency.com
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |