Setelah menulis buku ke-7 saya, “Becoming A Star Employee” bertahun-tahun silam, saya jadi sering diminta untuk memberikan advis karier buat para leader dan karyawan. Buku itu sebenarnya berisi catatan pengalaman “belajar” saya sejak tahun 1995, ketika jadi karyawan hingga saya resign jadi karyawan, di tahun 2005. Nah, mulai tahun 2022, saya mulai catatan saya yang diberi judul “ADM Career Advice” di status linkedIn saya Anthony Dio Martin. Nah, berikut ini beberapa catatan soal nasihat karier penting yang ingin saya bagikan. Let’s start!
Selalu ingat hari pertamamu bekerja. Atau, ingat kembali pengalaman bekerjamu pertama kali.
Betapa semangatnya. Iya kan? Bangun pagi-pagi. Semangat, ceria. Dan penuh antusiasme dan semangat dirimu “curious” dengan apa yang akan dikerjakan. Dirimu penasaran dengan orang yang akan Anda temui. Juga, semangat untuk segera bekerja dan membuktikan dirimu dan kemampuanmu. So FULL of SPIRIT!
Sayangnya, dengan berjalannya waktu. Apalagi rutinitas bertahan-tahun bikin kita jadi tumpul. Juga malas. Malah, kita menertawakan karyawan baru. Spirit kita kendor. Malas berangkat, dan kadang berpikir kenapa waktu itu jalannya lambat.
Dulu, di hari pertama, kita excited. Tapi, setelah sekian lama, kita exhausted. Kita jadi lelah.
So, kemanakah spirit hari pertama itu? Tenggelam dalam rutinitas, kebosanan dan keluhan. Apalagi, kita merasa nggak diapresiasi selama ini. Spirit hari pertama sudah kendor.
Sungguh. Di saat-saat itulah, bagus untuk mencoba ini. Ingatlah kembali hari pertama kerja. Apalagi sempat nganggur dan cari kerjanya lama. Betapa kita penuh dengan syukur saat itu. That’s the spirit that we need!
Bayangkan, kalau kita bisa terus bekerja dengan terus mengingat hari pertama kita bekerja! Jadikan tiap hari kerja dengan semangat seperti itu! Tidak lama kok aura semangat kerja itu akan menular. And you’ll get notice! Orang akan bisa merasakannya.
Jadilah ahli di bidang kerjaanmu, sehingga, saat ada urusan, masalah, butuh ide dan nasihat, yang dicari adalah dirimu! That’s your Personal Brand!
Martin Luther King pernah bilang,
“Kalaupun kamu hanya seorang penyapu jalan, lakukanlah pekerjaan menyapu itu sama seperti seorang Shakespeare membuat syairnya. Sama seperti seorang Picasso membuat lukisannya, seperti seorang Michaelangelo membuat pahatannya. Lakukan dengan baik sehingga saat kamu menyapu, berhentilah penghuni surga dan bumi, dan mengatakan disini hiduplah seorang penyapu jalan yang luar biasa”
Intinya mau karirmu cemerlang? Bangun personal branding-mu. Ini bukan bicara soal artis. Ingat, kamulah si brand itu.
Jadilah akuntan terbaik. Ahli hukum terbaik. Finance terbaik. HR terbaik yang bukan hanya anak buah, bahkan rekan maupun pimpinanmu akan minta nasihat kepada kamu. Karena dia tahu, you’re the best! That’s your branding! Kalau dirimu sudah ada di jalur ini, percayalah karirmu akan cemerlang.
Meeting, adalah momen super penting. Peluangmu untuk bersinar! Gunakanlah kesempatan ini untuk menunjukkan kualitasmu. Persiapkanlah!
Saya serius! Ini salah satu rahasia karier yang saya sadari tapi tidak banyak saya ceritakan. This time, I want to share it with you! Persiapkan diri, kalau ada meeting. Lho, apa hubungan dengan karier!?Jawaban saya, banyak hubungannya!
Anda tahu kan, biasanya meeting dihadiri para pimpinan dengan tujuan untuk membahas sesuatu. Dan percayalah KEBANYAKAN DATANG TANPA PERSIAPAN KE MEETING. Berapa banyak yang setelah meeting selesai, nggak ngomong apapun. Mereka seolah cuma objek pelengkap di meeting. Patung. Robot. Kenapa? Mereka akan jawab begini, “Ya soalnya nggak ada apapun yang bisa saya katakan sih” Kenapa nggak ada yang bisa dikatakan? Gampang. Karena mereka nggak mempersiapkan diri. Kalau Anda persiapkan diri, maka akan ada banyak hal yang bisa Anda utarakan. Dan itu kesempatan untuk bersinar dan menunjukkan kemampuanmu.
Saya kasih contoh. Dulu, ketika diangkat jadi karyawan tetap saat saya berada di AMDI (Astra Management Development Institute), saya masih ingat kata-kata atasan saya waktu itu, Pak RB Iskandar, “Martin, selamat kamu diangkat jadi karyawan tetap. Salah satu kualitasmu adalah selalu memberi ide dalam meeting. Pertahankan, kita butuh ide-ide bagus”
Mengapa saya bisa kasih ide? Alasannya, karna saya melakukan PR saya sebelum meeting. Saya bertanya sama yang organized meeting. Besok meeting soal apa? Siapa yang hadir? Lantas, saya gali dan cari tahu. Trust me, kebanyakan orang malas melakukan yang kayak begini. Padahal, itulah kesempatan berharga untuk kelihatan. Buat bersinar.
Ini bukan menjilat. Tapi, justru cara yang paling elegan dan bagus untuk menunjukkan kualitas kita.
Praktek melakukan PR ini banyak saya lakukan. Bahkan ketika interview kerja, saya pelajari dan kerjakan “PR” belajar soal organisasi yang saya akan masuki. Hasilnya, saya selalu bisa bertanya pertanyaan yang berkualitas. Hebat kan? Sebenarnya nggak sih. Karna rahasianya cuma mengerjakan PR, menggali informasi dan cari tahu. Itu aja. Not really special, but important!
So, think about it. Jadikan ini sebagai habits. Dan ini habits yang masih saya pertahankan. Setiap kali mau meeting, berusaha cari tahu tentang meeting itu lalu persiapkan diri. Percayalah, meeting adalah panggung yang dipersiapkan buat orang yang mau bersinar. Seize the opportunity.
Prinsip kerja 5AS ini bukan cuma enak didengar tapi, jika dipraktekkan akan jadi filosofi kerja yang punya dampak besar bagi kemajuan karier. Kemajuannya akan luar biasa!
Saya punya contoh.
Saya masih ingat, dulu ketika siaran di gedung lama SmartFM, ada seorang office boy namanya Mas Wawan. Meskipun hanya office boy, dia ikhlas merangkap jadi operator radio atau kerjaan lain, pada saat dibutuhkan. Untuk membantu aja. Padahal, nggak ada gajinya. Tapi, itu dia lakukan dengan wajah tersenyum. Ia pun rajin. Datang pagi-pagi dan pulang paling malam. Bahkan di hari ketika semua orang libur. Mas Wawan pun, menghafal nama-nama tamu studio, kesukaan minumannya. Dan Mas Wawan, juga beda dengan office boy yang lainnya. Ia ikut menyimak siaran radio inspirasi sementara kebanyakan office boy yang lainnya suka gosip. Bahkan, ia bisa mengomentari dan berbagi ilmu yang ia pelajari. Dan beberapa tahun kemudian, Mas Wawan dipromosikan menjadi salah satu operator dan karyawan tetap hingga akhirnya pensiun. Terus terang, saya kagum sekaligus merasa kehilangan Mas Wawan ini, tiap kali siaran.
Bayangkanlah. Berapa banyak level office boy yang diingat atau dipromosikan ke level jenjang lebih tinggi dengan posisi dan penghasilan yang sangat pantas? Ada sih. Tapi nggak banyak.
Makanya, saya percaya dan masih berusaha menghidupi Prinsip kerja 5AS ini.
Dan ke-5 prinsip ini berjenjang.
Mulainya dari kerja ikhlas dulu. Jadi, tiap kali kerja, bagi kita itu adalah amanah Tuhan. Kita bekerja buat Tuhan. Kalaupun dapat pujian manusia, itu adalah bonus.
Kedua, setelah ikhlas, kita harus kerja keras dulu. Artinya rajin. Bukan cari enaknya aja. Jadi, kerja keras dulu.
Setelah itu, barulah pikir, apakah kerjaan ini bisa dibuat menjadi lebih mudah, lebih gampang. Kerja harua cerdas. Otaknya harus dipakai.
Berikutnya, kerjaan yang dilakukan harus tuntas, selesai. Jangan jadi orang yang terkenal cuma bisa mulai, tapi tak bisa menyelesaikan. Kerjaan harus tuntas, selesai, finish!
Selanjutnya, kerja harus berkualitas. Jangan cuma tuntas tapi hasilnya nggak berkualitas.
So, semoga kita menjadi pribadi yang menghidupi prinsip kerja 5AS ini! Mulai dari level office boy sampai direktur, kita bisa kok menghidupi filosofi ini!
Customer is the King. But your Boss is the King Kong!
Kita seringkali diajarkan, “Customer is the King”. Pelanggan adalah raja. Benar sih, saya tidak menyangkalnya. Apalagi, kalau itu bicara soal hidup matinya organisasi. Tapi, kali ini kita bicara soal karier Anda. Maka inilah yang mesti Anda ingat.
Dalam hal karier, beginilah faktanya.
“Customer is King, but your boss is the King Kong!”
Pengalaman saya di tempat kerja, terkadang kita masih bisa mengabaikan customer kita (meskipun dampaknya buruk juga sih, apalagi kalau mereka komplain dan sampai ke telinga bos).
Tapi, kalau bos diabaikan, hasilnya adalah bencana.
Boslah yang langsung menilai. Boslah yang langsung memberi feedback. Boslah yang langsung menentukan penilaian, apalagi pas di masa appraisal. Nasib kita, secara langsung ditentukan oleh bos langsung kita. Karena itu, bos harus dikelola.
Jangan salah artikan. Bukan berarti Anda bisa sembarang nyuekin customer-mu. Tapi, kali ini, please sadari bahwa salah satu customer terpenting yang sangat menentukan kariermu, adalah bosmu. Dialah King Kong-nya.
Karena itu, ada 3 hal penting mengelola bos:
1. Kenali bosmu, pelanggan terpentingmu. Kenali apa yang bikin dia “suka” dan “tidak suka”. Apa concern-nya. Antisipasi kesukaan dan ketahui kebiasaannya. Kalau Anda sudah bisa antisipasi, hidupmu akan lebih mudah karna Anda sudah kenal ‘tabiat’nya.
2. King Kong jangan dilawan. Ingat, tidak setuju, tidak sama dengan melawan. Anda boleh saja tidak setuju. Anda boleh ungkapkan. Tapi, jangan melawan.
3. Jaga King Kong-mu, maka King Kong-mu akan menjagamu. Bukan berarti Anda harus menjilat. Ini bukan pelajaran agar jadi “yes-man” atau menjilat atasan. Tapi, pahami kalau salah satu tugas penting dalam karier kita adalah menjaga atasan kita. Melayani, apa yang dia perlukan dan tugas kita membuatnya tidak sakit kepala. Sebagai balasannya, karier kita pun akan dijaganya.
Sekali lagi. Anda mungkin saja termasuk yang tidak suka dengan atasan Anda saat ini. Bersyukurlah kalau Anda tidak punya masalah dengan atasan Anda. Tapi, kalaupun iya, perasaan suka dan tidak suka, tidaklah penting buat atasanmu. Paling tidak, dia bisa memecat Anda, sementara Anda tidak bisa memecat dia. Karena itulah, mengapa belajar mengelola atasan itu penting. Ini King Kong yang menentukan kariermu, selama Anda masih bersama dia!
Kalaupun posisimu bukan no.1, jadilah orang no.2 yang terbaik!
Tidak perlu menunggu sampai di posisi no.1 barulah melakukan yang terbaik. Ada banyak pemimpin dan eksekutif yang saya kenal, yang dulunya adalah orang di second position, malah di posisi yang lebih bawah. Bisa dimana aja posisi itu. Bisa jadi hanya wakil, tenaga support, pendukung, pembantu, asisten, penunjang. Apapun itu, lakukanlah dengan baik posisi itu. Bahkan kalau perlu, jadilah pendukung atau asisten yang terbaik. Jadilah orang no.2 terbaik.
Baru-baru ini ada perusahaan yang bergerak di bidang chemical, dari luar negeri. Atasan saat ini, masa tugasnya selesai. Ia mendapat kenaikan pangkat jadi Head Asia Pacific. Tugas yang makin berat. Lantas, posisi di Indonesia diserahkan kepada siapa? Kepada orang no.2 yang selama ini banyak dipercayanya. Padahal orang ini latar belakangnya Finance. Biasanya, yang mimpin punya latar teknik kimia. Tapi, si atasan ini memperjuangkan ke Asia Pacific dan percaya bahwa pengantinya ini adalah orang kompeten. Nyatanya, memang si manajer finance ini betul-betul kompeten. Selain mengerti finance, ia juga menguasai bisnis dan selama ini jadi tangan kanan yang sangat bisa diandalkan. Meski di posisi ke 2, ia adalah salah satu yang terbaik.
Meskipun beberapa manajer teknik sempat merasa iri, tapi mereka harus akui kalau si manajer finance ini sungguh kompeten. Inilah contoh menjadi orang no.2 yang terbaik.
So, jangan menunggu kesempatan, posisi atau pangkat datang, baru melakukan yang terbaik. Di posisi manapun, kita bisa menjadi pendukung yang terbaik.
Faktanya, tidak semua orang bisa jadi aktor atau artis yang terbaik. Karena kesempatan itu belum ada. Tapi, di posisi manapun kita bisa berusaha untuk memerankan aktor atau artis pemeran pembantu yang terbaik.
Seringkali, mereka yang berhasil menjalankan peran pembantu yang terbaik itulah yang dipromosikan untuk tanggung jawab yang lebih tinggi. Trust me!
Intrapreneur: Statusmu Karyawan, Tapi Pikiranmu Seperti Owner!
Jika karirmu mau bagus, mulailah bangun mentalitas intrapreneur. Apa itu? Jangan salah persepsi.
Intraprenuer bukan orang yang punya banyak kerjaan sampingan. Bukan yang double job atau, “sambil menyelam minum air” di kantor. Malah itu, akan membuatmu jadi nggak fokus.
Intraprenuer adalah seorang di posisi karyawan (statusnya). Tapi, dia berusaha untuk berpikir seperti si owner-nya. Percayalah, inilah orang yang biasanya dijadikan orang kepercayaannya di owner, atau atasan, karena apa? Dia punya sense of ownership dan sense of belonging yang tinggi. Dia berusaha berpikir seperti owner-nya bahkan ketika mau melakukan apapun, owner-nya harus minta advis dari dia.
Saya kasih contoh. Saya punya bisnis di perusahaan alat kesehatan. Pernah berinteraksi dengan salah satu prinsipal kami di Surabaya. Tahu nggak? Di perusahaan itu, ada seorang ibu usia paruh baya yang sangat dipercaya oleh pasangan suami istrinya owner yang campuran orang Chinese dan Indonesia. Malah, seolah-olah itu adalah bisnisnya. Ia mewakili owner-nya, dan punya sense of business yang tinggi. Bosnya kalau apa-apa, harus minta nasihat dulu dari si Ibu ini. Bisa dibayangkan bagaimana gaji si Ibu ini? Yang jelas, Ibu ini anti disuap. Integritasnya tinggi. Dan bosnya pun memberikan banyak fasilitas buatnya, sebagai penghargaan atas jasa baktinya.
Ini bukan bicara perilaku sok petantang-petenteng, berperilaku seperti owner. Bukan! Dan toh si Ibu ini juga tetap humble, tidak berkesan angkuh. Itulah yang dikatakan, Ibu ini punya mindset intarpreneur sejati. Posisinya bergerak dari staf penjualan biasa hingga sekarang dipercaya menjadi direktur. Menarikkan?
So mulai sekarang, diposisi manapun, Anda bisa menjadi orang yang berpengaruh. Bangunlah mindset intrapreneurship ini. Sementara banyak orang atau karyawan akan berpikir, “Ini bukan bisnis gue, ngapain dikasih banyak energi dan kontribusi?” Dan persis pemikiran seperti itulah yang membuat karier mereka pun tanggung. Soalnya hukum timbal-balik akan berlaku. Jika kamu memberinya hanya 50, maka imbalanmu yang akan terima juga sekitar 50. Mau dapat 100, maka dibutuhkan juga effort 100.
Salah satu tips penting bagaimana membangun mentalitas intrapreneur ini adalah berpikir “put yourself on the owner’s shoes“. Posisikan dirimu di posisinya si owner. Apa yang jadi concern-nya dia. Apa yang akan jadi pertimbangannya? Apa maunya? Itulah contoh aplikasi sederhana dari mentalitas intrapreneurship ini.
Salam Antusias!
Sumber dari sharing saya di LinkedIn Anthony Dio Martin
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |