Ketika mendengar soal meninggalnya Pak Habibie, ada rasa sedih yang menyelimuti. Biasanya, ketika ada tokoh besar yang wafat, saya hanya bisa menyatakan rasa dukacita sebagai bentuk hormat dan apresiasi. Tapi kali ini, saya tergerak oleh nuasa emosi yang beda untuk mengungkapkan rasa duka ini. Maka, sayapun tergerak untuk menuliskan artikel ini. Bukan sekedar ucapan belasungkawa biasa.
Mungkin salah satu alasannya adalah karena secara personal saya pernah bertemu dan berbincang-bincang dengan beliau. Saat itu, bersama dengan tim Aspirasi (Asosiasi Penulis dan Inspirator Indonesia) kami bertandang ke rumah beliau. Waktu itu, dalam rangka proyek rencana pembuatan pesawat R-80 yang akan dibiayai dengan dana dari rakyat. Sama dengan pesawat Seulawah yang dibiayai dana dari rakyat Aceh.
Disitulah saya belajar 3 pelajaran penting dari seorang Habibie yang luar biasa. Saya, tidak lagi membicarakan soal kejeniusannya. Kita semua sudah paham. Dengan kepakarannya, beliau merealisasikan sesuatu yang sangat membanggakan bangsa, yakni pesawat terbang. So, saya tidak bicara soal pesawat tapi 3 pelajaran kehidupan yang saya saksikan, setelah melihat dari dekat kehidupan Pak Habibie.
Pertama adalah soal intensi memberikan yang terbaik. Waktu itu, Habibie adalah seorang teknokrat yang sering berseberangan dengan para politikus. Idenya dianggap tidak masuk akal. Tapi Pak Habibie, “Saya bisanya bikin pesawat terbang” dan beliau berusaha melakukannya meskipun saat itu mendapat banyak tentangan. Disinilah Pak Habibie mwngajarkan pelajaran penting. Do what you think is good, with your great heart and great intention. Pak Habibie terus berkarya buat bangsa, bahkan setepah pensiun dari jabatan Presiden pun, beliau masih terus berkarya dan melakukan hal yang baik. So, what have you done beneficial for this country?
Kedua, ketika memasuki rumah Pak Habibie ada bagian yang menarik yang tak akan terluputkan dari mata. Ada dua kolam air seperti akuarium besar di kiri kanan jalan sebelum masuk ke perpustakaan beliau. Dan ada berbagai simbol agama di rumah beliau. Tapi kita tahu, beliau muslim yang sejati. Dan yang menarik beliau mengajarkan perpaduan agama dan pengetahuan. Ternyata tahu nggak? Akurium kaca di kiri kanan jalan yang seperti tembok air itu melambangkan “laut merah” yang terbelah saat Musa menghindari pasukan Firaun. Dan, setelah perjalanan iman itulah, ada pencerahan, yang disimbolkan dengan perpustakaannya. Keren kan? Sungguh manusia dengan perpaduan ilmu dan agama yang luar biasa. Kejeniusan beliau tak diragukan. Tapi ternyata beliau sangat religius. Tapi yang mengagumkan, beliau religius yang toleran. Terbukti, banyak simbol-simbol yang ia hargai. Jarang menemukan orang yang mampu memadukan pengetahuan dan iman seperti beliau.
Ketiga, memasuki rumahnya maka kita akan melihat bagaimana kisah yang diceritakan dalam film “Habibie Ainun” diekspresikan di sana. Sungguh seorang ayah, bapak dan suami yang jadi teladan. Beliau seorang yang sangat teknis, tapi hatinya romantis. Sungguh langka. Maka, beliau jadi inspirasi bagi para pria, suami, ayah untuk menjadi pribadi yang memberikan hati buat keluarga. Langka kita melihat seorang ilmuwan yang membuat puisi. Tapi itulah Pak Habibie.
3 pelajaran ini cukup membuat saya merasa salut sekaligus sedih. Justru di saat ini, kita membutuhkan manusia-manusia cerdas dan berkarakter mulia seperti Pak Habibie. Semoga kepergian beliau, akan diikuti dengan lahirnya lebih banyak putri putri bangsa yang cerdas. Mau berbuat sesuatu buat bangsanya. Namun, tidak lupa dengan akar utamanya. Yakni keluarga. Juga memiliki sisi spiritual.
Sesosok manusia langka ini telah pergi. Kita sungguh kehilangan!
Hormat saya yang mendalam buatmu, Eyang Habibie!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |