Mungkin banyak diantara kita yang berpikir bahwa penyebab susahnya orang move on, meninggalkan masa lalu adalah karena dirinya belum sadar. Tapi, itu seringkali keliru! Kenyataannya, banyak orang yang sadar dan tahu bahwa dirinya perlu segera berubah, meninggalkan masa lalunya dan menyongsong masa depan. Pikirannya mau, tapi emosinya sama sekali tidak mendukung. Jadilah orang tersebut tetap stuck di tempatnya. Termasuk dalam dunia bisnis!
Nah bicara soal move on, baru-baru ini, saya menyelesaikan sebuah buku lama, sebuah buku kecil yang inspiratif. Judulnya “The Shark and The Goldfish” karya Jon Gordon. Buku ini sendiri sebenarnya adalah hasil perenungan dari penulisnya sendiri setelah ia dipecat dari dunia dot com yang digelutinya. Dalam kondisi tanpa kerja, akhirnya ia merefleksikan dirinya dengan menuliskan buku ini.
Ringkasnya, buku ini berkisah tentang seekor ikan mas bernama Gordy, yang tiba-tiba ditinggalkan di tepi pantai oleh tuannya yang tidak lagi mau memeliharanya. Akibatnya, ia harus bertahan hidup. Dan dalam perjalanan mencari cara untuk tetap selamat itulah, ia bertemu dengan seekor ikan hiu yang baik, yang akhirnya mengajarinya bagaimana cara untuk bertahan dan mencari makan.
Buku ini menarik karena memberikan empat langkah menghadapi perubahan dalam kehidupan kita. Perubahan apa saja? Ya macam-macamlah. Perubahan karena kehilangan pekerjaan, perubahan karena ditinggal oleh pelanggan utama yang bertahun-tahun menberikan profit kepada Anda, ditinggalkan oleh partner bisnis Anda, kehilangan principal produk Anda, perubahan karena keterpaksaan (harus pindah lokasi, bentuk bisnis yang tiba-tiba berubah, pokoknya macam-macam). Nah, apakah keempat langkah tersebut menurut buku ini?
Langkah pertama, belajarlah untuk menyambut dan memeluk peristiwa perubahan itu. Langkah berikutnya, tenangkan diri sehingga Anda tidak semakin tenggelam oleh gelombang perubahan tersebut. Lantas, usahakan untuk berenang dengan positif di tengah gelombang perubahan itu. Dan langkah terakhir, jadilah sukses justru karena adanya perubahan itu.
Sungguh, setelah membaca buku ini, saya merasakan betapa nasihat itu sangat penting agar kita bisa segera berubah menyambut sesuatu yang baru, daripada bersikeras mengharapkan hal-hal yang lama tidak akan berubah, ataupun akan kembali.
Alasan yang paling klise adalah tidak menyangka dan tidak bisa menerima bahwa kita bisa mengalami peristiwa perubahan itu. Karena itulah banyak pebisnis yang dalam kondisi shock dan bertanya, “why? Kenapa terjadi dengan kita bukan orang lain? Kenapa kejadiannya sekarang?”
Ataupun, masalahnya banyak juga para pebisnis yang punya harapan bahwa setelah tenang, semua kajadian akan kembali sediakala. Saya pun teringat dengan peristiwa saat kakek saya kehilangan tanah pertaniannya yang berhektar-hektar gara-gara peristiwa pengambilalihan lahan pertanian oleh masyarakat daerah setempat. Bertahun-tahun kakek saya masih berharap akan kembali ke tanah tersebut untuk membuka lahan pertaniannya. Namun, hingga akhir hayatnya ternyata tanah tersebut tidak pernah bisa diperolehnya kembali. Inilah fakta yang kadang sulit diterima oleh para pebisnis. Fakta bahwa yang lama mungkin tidak akan pernah terulang kembali!
Hal yang terakhir, yang membuat seorang pebinis sulit untuk move on adalah karena terus-menerus membandingkan dengan yang lampau dan selalu mengambil sisi baik dari yang lama. Kalimat yang seringkali terucap adalah: “Kalau saya bandingkan ini dengan yang dulu, kok bagusan yang dulu ya? Kenapa di sekarang ini nggak seperti yang dulu ya”
Menurut lembaga Six Seconds International, yang banyak memperkenalkan konsep kecerdasan emosional (EQ) di seluruh dunia saat ini, ada 3 tahapan penting untuk melakukan proses ”move on” ini. Inilah ketiga tahapan yang mampu membantu kiat melewati perubahan dengan mulus. Nah, apakah ketiga tahapan tersebut?
Mula-mula lakukanlah proses reflect (renungkan). Disinilah emosi yang tidak menyenangkan akan bertempur dengan emosi menyenangkan. Emosi positif biasanya berupa keingintahuan (curiosity) dengan situasi yang baru. Tetapi dibaliknya ada pula emosi curiga, penilaian buruk ataupun rasa marah, yang membuat sulitnya seseorang menerima yang baru. Misalkan saja, seorang pimpinan yang pindah ke penugasan baru berada dalam kondisi susah move on karena pikirannya sendiri. Ia terganjal oleh pikiran negatifnya bahwa kerjaan akan makin repot, makin susah. Ia pun mengembangkan pikrannya bahwa ia dikerjain, ataupun ia tengah disingkirin. Namun, beruntungnya setelah sebuah sesi coaching, si pimpinan ini bisa mulai melakukan refleksi positif: “Mengapa saya tidak mencoba mengambil keuntungan dari situasi ini? Mengapa saya tidak menyiapkan diri sejak dulu? Kan memang sudah dikasih tau bahwa penugasan ini akan terjadi, cepat atau lambat?”
Proses berikutnya adalah engage (melibatkan). Disinilah pertempuran antara emosi tertarik dengan rasa frustrasi bisa berkecamuk dalam diri kita. Kembali kepada kasus si pimpinan yang pindah tugas di atas. Maka, dalam tahapan ini ia bisa mulai melibatkan diri dengan tempat baru dan orang baru, bergaul dengan mereka, berusaha melakukan hal-hal yang bisa menggerus perasaan frustrasi dan marah pada dirinya. Ataupun kisah menarik dari seorang Direktur yang sempat mengalami “post power syndrome” setelah dipecat dari posisinya lantaran terjadi perebutan kekuasaan di perusahaan plat merah tempatnya bekerja. Setelah setahun lamanya mengalami depresi, akhirnya si Direktur ini mulai melibatkan diri untuk menjadi konselor dan membantu orang-orang yang bermasalah dan bahkan ia pun libatkan diri lagi dalam komunitasnya. Ia pun sembuh bahkan bisa berdamai dengan peristiwa “pemecatan” dirinya!
Dan terakhir, adalah langkah practice (mempraktekkan untuk membiasakan). Dan biasanya disinilah antara perasaan ketakutan dengan keberanian, saling berkecamuk. Kembali kepada kasus pimpinan kita yang pindah tugas di atas, akhirnya ia pun bisa sukses di temapt yang baru karena ia mau memulai lagi hal-hal yang biasa dilakukan dulu. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan kesuksesan dan berbagai kesuksesan kecil yang berhasil ia raih di tempat sekarang, ia lanjutkan ke skala lebih besar. Dan akhirnya, secara mengejutkan ia pun sukses di tempat barunya tersebut.
So, semoga tulisan kali ini member kita inspirasi penting soal berdamai dengan situasi yang berubah dan cepat-cepat berenang dengan keadaan supaya bisa selamat. Dan mari kita jadikan si Gordy, ikan mas yang saya ceritakan di atas mengakhiri tulisan ini dengan nasihatnya, “Jangan menangisi ataupun meratapi hal yang tidak ada lagi. Cepat-cepatlah berenang. Meskipiun dengan meneteskan air mata. Segeralah berenang dengan cepat, cepat dan antusias. Siapa tahu justru hal-hal yang baru justru ada di ujung sana? Dan berhentilah hidup di masa lalumu!”
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |