
Saya terinspirasi dari seorang pembicara internasional di sebuah conference di Hongkong. Saat itu ia sedang berbicara tentang financial security. Namun yang membuat saya terpaku bukan hanya kata-katanya, melainkan payung-payung yang ia bawa ke atas panggung.
Payung kecil, payung besar, bahkan payung yang rusak. Ia tak sedang menunjukkan koleksi benda. Tapi sedang mengajarkan sesuatu yang melekat kuat di benak saya hingga kini. Bahwa dalam hidup, kita butuh payung. Bukan satu. Tapi banyak payung perlindungan. Asuransi, dana darurat, tabungan pensiun, hingga passive income. Setiap payung punya fungsi, punya kekuatan, dan bisa rapuh bila tak dijaga.
Sejak momen itu, saya tahu.Trainer hebat bukan cuma bicara, tapi menciptakan pengalaman belajar.
Itulah sebabnya, dalam berbagai sesi saya. Termasuk saat IG Live, training, ataupun siaran radio. Saya juga mulai membiasakan diri membawa props. Suatu ketika, saya membawa mangkuk berisi nasi ke sesi IG live. Mangkuk nasi itu saya tunjukkan sambil berkata, “Inilah yang kita jaga. Ini rezeki kita. Keberlangsungan hidup kita. Maka jangan tumpahkan, jangan abaikan. Belajar dan kerja adalah cara menjaga isi mangkuk ini.”
Di kesempatan lain, saat membahas AI, saya membawakan sebuah pisau cutter. “Pisau ini bisa berguna buat memotong-motong banyak hal. Bisa juga melukai. Begitu pula AI. Bukan soal alatnya, tapi siapa yang menggunakannya dan untuk tujuan apa.” Tiba-tiba, semua jadi nyata. Dan terlihat jelas di mata peserta.
Mengapa sih mau repot-repot bawa props itu?
Karena saya percaya bahwa props bukan sekadar pelengkap. Ia adalah pemicu perhatian, penguat pesan, dan jembatan pemahaman. Saat trainer hanya bicara, peserta mendengar. Tapi saat trainer menunjukkan, peserta merasakan.
Otak visual kita lebih cepat menangkap objek nyata daripada sekadar mendengar deskripsi. Dan ketika visual, audio, dan emosi disatukan dalam momen pembelajaran, maka dampaknya jauh lebih dalam dan lama tertanam.
Memang benar, membawa props membutuhkan waktu dan upaya lebih. Harus mikir, harus persiapan, kadang harus ribet di perjalanan. Tapi efeknya? Tak jarang peserta bilang, “Saya ingat banget waktu Bapak bawa pisau itu…” atau “Saya jadi sadar arti menjaga mangkok nasi setelah lihat ilustrasi itu…”
Itulah kekuatan dari trainer yang bersedia memberi extra effort. Bukan demi terlihat keren, tapi demi membuat pelajaran hidup di benak peserta.
Karena dalam dunia pembelajaran, satu benda bisa menggambarkan sejuta makna. Dan satu props bisa menjembatani jarak antara kata dan kesadaran.
The point is.. saya ingin katakan begini. Trainer luar biasa bukan hanya mengajarkan, tapi menghidupkan pelajaran itu di mata, telinga, dan hati audiensnya. Dan terkadang, sebuah payung, semangkuk nasi, atau sebilah pisau bisa menjadi guru yang tak tergantikan.
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |