“Aku ingin jadi motivator seperti bapak. Cuap-cuap di depan orang dan didengerin.” Begitu ungkapan seorang sarjana baru lulus, penuh semangat dan mimpi besar. Saya hargai tekadnya. Semangat itu modal pertama. Tapi, hanya itu saja? Sayangnya, tidak cukup.
Banyak yang salah kaprah. Menjadi motivator bukan cuma soal pandai bicara. Kalau cuma “cocot” yang dijadikan ukuran, tak heran ada ungkapan sinis, “Hidup itu nggak semudah cocotnya motivator.” Padahal, hukum motivasi itu dua arah: menggerakkan orang lain, sekaligus membuktikan di diri sendiri.
Beratnya Jadi Motivator
Motivator itu punya tuntutan berat: harus otentik. Sulit menjadi motivator keuangan kalau keuangan pribadinya berantakan. Susah memotivasi soal bisnis kalau bisnis sendiri masih jalan di tempat. Orang akan bertanya, “Sudah sejauh mana sukses Anda?” Inilah kenapa menjadi motivator itu berat. Kamu harus hidup dari apa yang kamu sampaikan.
Motivator ada banyak jenis. Ada yang fokus ke pengembangan diri. Ada yang ahli soal parenting dan keluarga. Ada pula yang memotivasi soal bisnis, anak muda, atau bahkan manajemen.
Tapi, semua punya satu benang merah, pengalaman nyata. Anda harus menjalani dulu, baru berbagi. Tanpa itu, motivasi hanya jadi rangkaian kata-kata kosong yang mudah dipatahkan.
Jangan Salah Fokus
Sayangnya, banyak yang hanya melihat gemerlapnya profesi ini. Mereka hanya melihat motivator di atas panggung, dikelilingi tepuk tangan, tanpa tahu cerita di baliknya: perjuangan, kesalahan, dan pembuktian diri. Tak sedikit yang benci motivator, menganggap mereka hanya menjual mimpi tanpa dasar. Sebaliknya, ada pula yang bermimpi besar jadi motivator, tanpa paham tanggung jawab di baliknya.
Itulah kenapa saya sering mengingatkan, “Kalau mau jadi motivator, work with yourself first.” Pahami bidang yang ingin kamu tekuni. Hidupi pesanmu. Baru ajarkan kepada orang lain.
Inspirator, Bukan Sekadar Motivator
Saya pribadi lebih suka istilah “inspirator.” Bukan berarti istilah motivator salah, tapi inspirator punya nuansa yang berbeda. Motivator seolah harus mendorong orang yang “kosong.” Sementara inspirator? Tugasnya hanya menyalakan bara api yang sudah ada di dalam diri orang lain. Lebih halus, lebih otentik.
Jadi, kalau Anda bercita-cita jadi motivator, ingat: jangan hanya memotivasi, tetapi juga menginspirasi. Berikan nilai dari pengalamanmu, buktikan melalui pencapaianmu. Karena, pada akhirnya, orang tak hanya mendengar kata-katamu, tapi juga melihat kisah hidupmu.
1. Motivasilah Apa yang Sudah Anda Jalani dan Kuasai
Orang hanya akan percaya jika Anda berbicara tentang sesuatu yang Anda pahami dan jalani. Jika ingin memotivasi orang untuk sukses, pastikan Anda sudah pernah mencicipi perjalanan itu, baik manis maupun pahitnya.
2. Miliki Pengalaman, Baik Sukses Maupun Gagal
Bukan hanya cerita sukses yang penting, kegagalan Anda juga memberikan pelajaran berharga. Pengalaman adalah aset terbesar seorang motivator karena menunjukkan bahwa Anda tahu apa yang Anda bicarakan.
3. Buktikan Dulu dalam Hidup Anda Sendiri
Jangan cuma bicara, tetapi jalani. Jika Anda ingin memotivasi orang untuk menjadi disiplin, pastikan diri Anda sudah disiplin. Jika ingin menginspirasi orang dalam bisnis, tunjukkan bahwa bisnis Anda berhasil. Bukti hidup Anda adalah daya tarik utama.
4. Kuasa Seni Persuasi
Persuasi adalah inti dari motivasi. Pelajari bagaimana menyampaikan ide secara meyakinkan, memengaruhi emosi orang lain, dan membuat mereka percaya pada pesan Anda.
5. Kuasa Seni Berkomunikasi
Seorang motivator hebat adalah komunikator yang ulung. Latih cara berbicara Anda, perhatikan nada suara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh. Pastikan pesan Anda mudah dipahami dan menggugah.
6. Pelajari Cara Menginspirasi Otak dan Hati
Motivasi yang hanya menyentuh logika tidak akan bertahan lama. Anda harus bisa menyentuh emosi pendengar, menginspirasi hati mereka, sekaligus merangsang otak mereka dengan ide-ide yang segar.
7. Terus Belajar dan Berkembang
Seorang motivator yang baik adalah pembelajar seumur hidup. Ikuti seminar, baca buku, pelajari teknik baru, dan asah keterampilan Anda. Dunia terus berubah, dan Anda harus selalu relevan.
8. Kenali Audiens Anda
Setiap audiens memiliki kebutuhan dan tantangan yang berbeda. Pahami siapa mereka, apa yang mereka butuhkan, dan sesuaikan pesan Anda agar tepat sasaran.
9. Bangun Kepercayaan Diri Juga Rendah Hati
Motivator yang baik adalah pribadi yang percaya diri, tetapi tetap rendah hati. Percaya diri berasal dari pengalaman, persiapan, dan keyakinan bahwa Anda membawa manfaat untuk orang lain.
10. Berlatih Dengan Konsistensi dan Ketekunan
Menjadi motivator hebat tidak terjadi dalam semalam. Anda harus terus mencoba, gagal, dan memperbaiki diri. Konsistensi dalam menyampaikan pesan dan ketekunan untuk terus belajar adalah kunci sukses.
Pada akhirnya, saya ingin mengatakan, “Motivator sejati tidak hanya menggerakkan orang dengan kata-kata, tetapi dengan bukti hidupnya, inspirasi dari hatinya, dan keberanian untuk menjalani apa yang ia sampaikan.”
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |