Kali ini saya ingin membahas tentang dua jenis kecerdasan yang seringkali dianggap sepele: School Smart dan Street Smart.
Pertama-tama, apa sih bedanya? School Smart itu kayak kita pinter di dunia sekolah. Misalnya, bisa jawab soal matematika rumit atau ngehapalin rumus kimia sampe mampus. Kita tuh bisa dibilang pintar di atas kertas, bisa menyodorkan jawaban yang benar saat ujian. Nah, kalau Street Smart itu beda lagi. Ini lebih ke cerdasnya kita dalam menghadapi kehidupan sehari-hari, belajar dari pengalaman, dan punya intuisi yang tajam.
Bayanginnya begini, ada temen kita di sekolah yang sangat pintar. Nilainya selalu di puncak, guru suka, ortu bangga. Tapi begitu dia keluar dari sekolah, berasa kayak kura-kura di dunia kuda. Ngerasa kurang akrab sama dunia luar, gak bisa ngatur keuangan, atau bahkan bingung mau ngobrol sama orang baru.
Nggak usah dipungkiri, School Smart itu penting. Ibaratnya, kayak dasar-dasar ilmu yang jadi fondasi kita. Tanpa itu, kayak bangunan tanpa pondasi, bisa roboh kapan aja. Tapi ya, cuma jadi anak pintar di sekolah aja nggak cukup buat ngarungi kerasnya dunia luar.
Nah, saya punya temen namanya Benny. Benny ini juara banget di sekolah. Semua guru senang sama dia. Tapi coba aja ajak dia keluar dari lingkungan sekolah, dia bingung sendiri. Enggak tau gimana negosiasi harga di pasar, bingung sendiri saat harus nyetir mobil, padahal sudah punya SIM.
Mengapa begini? Karena Benny terlalu fokus jadi pinter di kelas, tapi lupa belajar dari kehidupan sehari-hari. Dia belum punya kecerdasan yang diperlukan buat survive di jalanan, bukan cuma di ruang kelas.
Dulu, waktu masih sekolah, mungkin kita mikir, “Ah, buat apa belajar ini? Enggak bakal kepake deh.” Tapi, percayalah, ilmu yang kita dapet di sekolah itu kayak bekal. Kita nggak tau kapan dan di mana kita bakal butuh itu. Tapi, jangan terjebak juga jadi robot ilmiah yang nggak tau dunia nyata.
Contohnya, seseorang bisa jadi ahli fisika, tapi kalau enggak tau gimana caranya bersikap waktu di meja makan atau di pesta, itu bisa jadi masalah. Atau mungkin seseorang itu bisa jawab semua pertanyaan di kelas, tapi kalau enggak bisa negosiasi gaji di wawancara kerja, itu juga masalah.
Nggak ada salahnya selain memiliki School Smart, tapi kita juga perlu memiliki Street Smart. Contohnya, belajarlah dari pengalaman orang lain, dari kesalahan kita sendiri, dan terapkan ilmu itu di kehidupan nyata. Ternyata, kita menggabungkan antara kecerdasan di sekolah dan di jalanan. Saling melengkapi, bukan saling menggantikan.
Salah satu contoh orang yang mungkin kita kenal adalah si Budi, seorang mahasiswa Teknik Informatika yang selalu menjadi pusat perhatian di kelas. Nilai-nilainya cemerlang, selalu masuk dalam peringkat sepuluh besar, dan dia bisa dengan mudah menjawab pertanyaan dosen. Budi benar-benar paham teori-teori dalam buku pelajaran.
Namun, ketika berbicara soal kehidupan sehari-hari, Budi seperti ikan keluar dari air. Dia kesulitan berbaur dengan teman-temannya di luar kelas, enggak bisa bernegosiasi harga di pasar tradisional, dan bahkan tidak tahu cara mengganti ban sepeda motor sendiri. Bagi Budi, dunia di luar buku teks terasa asing dan sulit dimengerti.
Di sisi lain, ada teman sekelas Budi, namanya Maya. Meskipun nilai-nilai Maya nggak selalu mencengangkan di atas kertas, tapi dia punya kecerdasan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Maya bisa dengan lancar berkomunikasi dengan siapa saja, dia tahu cara bernegosiasi untuk mendapatkan harga yang lebih baik di pasar, dan dia juga tahu caranya membangun jaringan hubungan yang baik.
Pada suatu hari, kelas dihadapkan pada tugas kelompok. Budi, dengan segala pengetahuan teoritisnya, mencoba memimpin kelompok. Namun, saat berhadapan dengan permasalahan dunia nyata, seperti mencari tempat print yang buka hingga malam, Budi terlihat bingung. Di sinilah Maya muncul sebagai pahlawan tanpa jubah. Dia dengan mudah membawa kelompoknya melewati berbagai tantangan praktis yang dihadapi.
Kisah ini menjadi pelajaran bahwa meskipun kecerdasan di dunia sekolah penting, tapi kecerdasan di jalanan juga tak kalah berharga. Budi mungkin jago dalam memahami algoritma, namun dia kurang siap menghadapi kompleksitas dunia nyata. Sementara Maya, yang mungkin tidak selalu mendapatkan nilai sempurna, mampu bertahan dan berhasil di kehidupan nyata karena kecerdasannya dalam menghadapi situasi riil.
Coba kita lihat contoh dari dunia selebriti yang menunjukkan perbedaan antara kecerdasan sekolah dan kecerdasan jalanan. Sebut saja Emma Watson, aktris pemenang penghargaan yang terkenal lewat perannya sebagai Hermione Granger dalam film Harry Potter.
Emma Watson adalah contoh yang bagus untuk menggambarkan seseorang yang memiliki kecerdasan sekolah yang tinggi. Dia lulus dengan predikat cum laude dari Brown University, salah satu universitas bergengsi di Amerika Serikat. Keberhasilannya dalam dunia akting dan di sekolah membuat banyak orang terkesan. Namun, apakah keberhasilannya di sekolah langsung bermuara pada kecerdasan dalam menjalani kehidupan sehari-hari?
Di sisi lain, kita punya Robert Downey Jr., aktor yang terkenal lewat perannya sebagai Tony Stark/Iron Man di Marvel Cinematic Universe. Robert Downey Jr. bukanlah mahasiswa teladan dengan peringkat tertinggi di kelasnya. Ia memiliki masa lalu yang penuh dengan cobaan dan kesulitan, termasuk masalah dengan narkoba. Namun, kecerdasannya di jalanan muncul ketika dia mampu bangkit dari keterpurukan, membersihkan diri dari masalahnya, dan kembali bersinar di dunia hiburan.
Perbandingan antara Emma Watson dan Robert Downey Jr. mengajarkan kita bahwa kecerdasan sekolah dan kecerdasan jalanan bisa hadir dalam paket yang berbeda. Emma Watson membuktikan bahwa keberhasilan di dunia pendidikan formal dapat membuka pintu-pintu kesempatan, sementara Robert Downey Jr. menunjukkan bahwa kecerdasan jalanan dan kemampuan untuk bangkit dari kegagalan juga kunci kesuksesan.
Jadi, mari kita ambil yang terbaik dari kedua dunia ini. Jadilah seperti Emma Watson yang menggabungkan kecerdasan sekolah dan kecerdasan jalanan untuk mencapai kesuksesan yang komprehensif. Ingatlah, setiap orang memiliki kekuatan dan keunikan masing-masing, dan kombinasi kedua tipe kecerdasan ini dapat menjadi kunci kesuksesan dalam mengarungi lautan kehidupan.
Penting bagi kita untuk mengambil pelajaran dari kisah-kisah ini. Jangan terpaku hanya pada kecerdasan yang diukur dengan nilai-nilai di sekolah, tapi juga buka mata untuk belajar dari kehidupan sehari-hari. Bersikap terbuka terhadap pengalaman dan mampu belajar dari kesalahan adalah aspek penting dari kecerdasan jalanan yang bisa membawa kita menuju kehidupan yang lebih sukses dan memuaskan.
Kesimpulannya, School Smart itu kayak dasar yang harus dimiliki. Tapi, Street Smart itu seperti aplikasinya. Ilmu dari sekolah itu penting, tapi kemampuan beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari juga nggak kalah pentingnya.
Jadi, mari kita ambil yang terbaik dari kedua dunia. Jangan hanya terpaku pada buku teks, tapi juga buka mata dan telinga untuk belajar dari pengalaman sehari-hari. Jadilah manusia yang cerdas secara menyeluruh, bisa menjawab soal matematika rumit di kelas dan juga bisa menemukan jalan di tengah keramaian kehidupan. Kombinasi kedua kecerdasan itu akan membuat kita lebih siap menghadapi segala tantangan di masa depan.
Akhirnya, mari kita jadi manusia yang punya keseimbangan. Jangan cuma pintar di kelas, tapi juga punya kecerdasan untuk menjalani kehidupan di luar sana. Kita bisa belajar dari buku dan belajar dari jalan hidup, bukan? Yuk, jadi manusia yang cerdas di semua aspek!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |