Anda baru saja diangkat menjadi pemimpin di suatu organisasi? Congratulations! Selamat kalau begitu. Tapi, dikasih jabatan belum otomatis membuat Anda layak menjadi pemimpin. Banyak yang jadi pemimpin karena keluarganya, karena diwarisi jabatan ataupun karena kedekatannya dengan pemimpin sebelumnya. Atau, kalau nggak, banyak juga yang tatkala diangkat jadi pemimpin, masih merasa kagok alias serba salah tingkah! Ibarat setelan mesin, ada yang kekencangan, ada pula yang kelonggaran. Dengan kata lain, mereka menjadi pemimpin yang “too hard” (terlalu otoriter) ataupun “too soft” (terlalu lembut, sebab nggak berani melakukan apapun).
Simak saja komentar baru-baru ini dari salah satu peserta training leadership kami yang mengatakan, “Pak Anthony, waktu sama-sama jadi teman, orangnya menyenangkan. Tapi setelah jadi pimpinan karena memang orangnya ambisius, perangainya berubah. Pernah suatu kali keceplosan saya memanggilnya dengan hanya namanya saja tanpa embel-embel, eh tahunya saya dipanggil di ruangannya hanya buat dikasih tahu, “Tolong besok-besok panggilnya pake Pak ya”.
Nah untuk itulah, simaklah 10 Tips Penting yang sangat perlu diketahui oleh Anda yang baru saja diangkat jadi pemimpin.
Pertama-tama, janganlah SOK. Dalam hal ini, SOK bisa punya dua makna. Sok dalam arti jadi petantang-petenteng, sombong atau angkuh. Ataupun SOK dalam artian Salahi, Omeli, Kritik (SOK). Hal ini banyak terjadi pada pemimpin muda yang tiba-tiba dapat posisi baru, jadi dirinya nggak siap sama sekali. Bisa juga karena sebenarnya dirinya memang kurang matang secara karakter sehingga sebenrany belum sap menjadi pemimpin. Akibatnya, tatkala dikasih posisi jadi pemimpin gayanya jadi selangit. Kerjanya belum tentu ada hasilnya, tapi tingkah lakunya seperti boss besar. Mereka tidak menyadari bahwa perilaku seperti ini sebenarnya bahaya. Alasannya sederhana: orang jadi kurang respek, membuat orang jadi tidak simpatik dan tidak mau memberikan support kepadanya bahkan dalam jangka panjang, justru menciptakan musuh.
Kedua, belajarlah untuk mendengarkan. Kedengarannya simpel, tapi ini bisa jadi urusan yang penting bagi pemimpin muda. Saya pun teringat pengalaman pernah mengurusi seorang pemimpin ‘putra mahkota’ yang baru pulang dari Amrik. Masalahnya, tatkala di perusahaan bapaknya ini, ia mulai mengatur sana sini dan bikin orang-orang lama menjadi gerah. Ia mencoba menerapkan ilmu manajemen yang dipelajarinya, yang belum teruji untuk perusahaan lokal seperti punya ayahnya. Banyak kekisruhan terjadi. Dan tatkala memberi coaching kepadanya, saya hanya menyarankan satu hal penting, “Belajarlah tutup mulut dulu. Pasanglah kuping, dengarkan dan belajarlah. Toh akan tiba saatnya ketika kamu yang akan memberikan perintah ini-itu. Tapi pastikan kamu sudah tahu segalanya dulu!”. Ternyata saran ini lumayan manjur. Setelah itu, ia mulai lebih banyak banyak, membuat catatan dan mengobservasi apa yang terjadi.
Ketiga, bangunlah kepercayaan orang. Ingatlah, sebagai seorang pemimpin muda, orang-orang di belakangmu mungkin akan berkata, “Emang dia bisa mimpin?”, “Muda banget! Kok dia sih yang jadi pimpinannya?” Karena itulah, saran ketiga ini menyangkut urusan membangun kepercayaan ataupun trust dari orang-orang yang Anda pimpin. Bagaimana caranya? Hal ini, sebenrnya terkait dengan urusan membangun tabungan emosi. Nah, untuk itulah sangat penting untuk meluangkan waktu informal buat menjaga relasi ke atas, ke bawah maupun ke samping. Perbanyakkan waktu untuk bergaul dan berinteraksi. Dengan demikian, maka mereka akan lebih mudah untuk mengenal,serta menerima Anda.
Keempat, tunjukkanlah kompetensimu, jadi harus belajar. Ingatlah, biasanya akan ada nada sumbang yang mungkin mengatakan di belakangmu, “Mentang-mentang bapaknya yang punya?”, “Ahh, elo bisa naik kan karna disayang!”. Dan faktanya memang kebanyakan pemimpin muda yang paling diragukan adalah kompetensi mereka. Karena itulah, saya selalu menyarankan 4L bagi pemimpin muda yakni (1) Look: belajar dan amatilah apa yang terjadi; (2) Listen: dengarkan orang-orang meskipun tidak semua hars kamu setujui; (3) Learn: belajarlah dari orang-orang yang ahli di bidangnya; (4) Look for coach/mentor: cari seorang mentar yang bisa membimbing kamu.
Kelima. janganlah bossy, tapi berikanlah contoh. Nah, seperti yang diungkap diatas, kebiasaan para boss baru adalah: suka petantang-petenteng, kasih perintah ini-itu, memberi order, menyuruh-nyuruh hingga terkadang disuruh melakukan hal-hal yang terkadang “non-sense” (tidak masuk akal). Misalkan saja pengakuan berikut ini, “Saya punya kerabat atasan yang dulunya dari finance. Sekarang dia mimpin semuanya, termasuk sales. Saya juga bingung.Tipa harinya tahunya cuma marah-marah karena omzet nggak kekejar. Bilangnya nyakitin lagi. “Ngapain gue kasih makan eloe. Anjing dikasih makan aja masih ada gunanya jaga rumah. Eloe-eloe nggak ada gunanya” Sakit hati nggak sih?”. So, janganlah terlalu bossy. Kalau perlu turun tanganlah ikut membantu, sesuai tips berikutnya!
Keenam, turun tanganlah, turunlah ke bawah. Ini untuk menunjukkan perhatianmu. Umumnya, pemimpin suka berpangku tangan dan tidak mau kotor, serta tidak mau turun ke bawah! Tentang hal ini, saya pun jadi teringat kisah menarik tentang seorang anak yang baru pulang ke luar negeri, dan sedang disiapkan jadi pewaris. Bisnisnya pengolah plastik. Waktu masuk ke pabrik, si anak menutup hidungnya rapat-rapat dan terus-terusan bilang, “Bau banget! Bau banget”. Tapi si ayah yang mulai kesel akhirnya bilang, “Mulai sekarang, kamu harus terbiasa dengan baunya. Karena bau inilah yang membuat kita bisa hidup, yang menyekolahkan kamu. Yang membelikan apa yang kamu miliki sekarang.” Jlep…anak itu pun langsung diam.
Ketujuh, bersikap adillah, jadi jangan eksklusif. Kecenderungan pemimpin adalah biasanya mereka hanya dengan suka bersama dan lebih banyak habiskan waktu dengan orang-orang yang dia sukai dan percaya. Akbatnya, di kantor seakan-akan terbentuklah semacam geng, kelompok ataupun klik tertentu. Saking buruknya, sampai akhirnya orang bisa menilai mana “orangnya boss” dan mana “orang yang disingkirkan boss”. Padahal siapapun dia selama masih menjadi anak buahmu, tetap harus dirawat dan dirangkul.
Delapan, terbukalah dengan masukan. Salah satu penyakit khas para boss muda adalah sering menutup kupingnya, dan lebih suka main perintah. Misalkan saja, ada seorang karyawan yang mengatakan hal ini tentang atasannya, “Atasan saya yang baru naik itu aneh. Di awal kepemimpinan dia bilang dia sangat terbuka dengan masukan. Tapi tatkala dikasih masukan dia tuh defensive banget. Jadi udah setahun ini jalan, nggak ada yang mau ngomong. Capek dan rasanya percuma saja!”
Kesembilan, ingatlah Anda naik kelas dengan belajar memecahkan masalah, jadi jangan hanya mau tahu beres aja. Inilah kritik kita buat pemimpin muda yang baru, yang maunya cuma tahu beres tetapi tidak mau repot-repot ikut memecahkan masalah. Bahkan lebih parah, ada pemimpin yang mengatakan, “Jangan bawa masalah ke saya. Saya udah pusing. Kalian selesaikan sendiri”. Padahal, masalah-masalah itulah yang membesarkan seorang pemimpin. Justru saya seringkali menyebutkan, “Masalahmu adalah ujian kenaikan kelas Tuhan di sekolah kehidupan ini!” Jadi, di organisasi, justru masalah itulah yang menjadi ujian kenaikan kelas kepemimpinan kita. Sebab dengan menyelesaikan masalah kita akan belajar lebih peka, pengetahuan kitapun jadi bertambah dan selain itu, pengalaman menyelesaikan masalah ini di kelak kemudian hari akan menjadi bagian dari intusisi yang penting.
Kesepuluh, jangan terlalu fokus dengan imagemu, sampai-sampai lupa dengan yang fundamental. Nah, itulah penyakit boss muda. Biasanya, ada kebiasaan untuk show off untuk menunjukkan “eh gue itu boss lho!”. Mereka pun jadi sangat gengsian atau dalam istilah saya, “Takut orang pikir dia itu kere atau bukan bossnya”. Sampai-sampai mulailah ia menghambur-hamburkan uang ataupun segala cara untuk membangun imagenya. Parahnya, terkadang bisa terjadi “besar pasak daripada tiang”. Misalkan saja cerita berikut ini, “Boss saya itu anak muda yang nggak tahu diri, Pak. Terlalu image minded, belum-belum tunjukin apa-apa udah pingin dekor ruangan, ganti kendaraannya, sewa kantor yang mahalnya selangit. Padahal cash flow kita nggak sekuat itu!”
Dan akhirnya, inilah ektra. Ke-10,5. Yakni perlakukan “Old Guy” (Orang Lama) dengan respek! Kesalahan yang umum terjadi, tatkala pemimpin muda baru masuk adalah orang-orang lama mulai diganti semua. Istilahnya orang-orang lama pun “dilepeh” alias ditinggalkan. Padahal, orang baru yang diangkatpun belum tentu tahu-menahu tetapi justru orang baru inilah yang banyak dipercaya. Untuk itulah, kepada pemimpin muda yang baru perlu ditegaskan bahwa, terkadang “Old guys have the old wisdom” (orang yang tuapun terkadang punya kebijaksanaan lama yang diperlukan). Paling tidak mereka telah mengenal medan, pernah punya pengalaman serta pengetahuan yang bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan. Jadi, jangan mentang-mentang baru masuk, maka semuanya harus diganti termasuk orang-orangnya!
Nah, itulah kurang lebih sepuluh hal penting yang perlu diperhatikan bagi Anda yang baru menjadi pemimpin muda di suatu organisasi. Intinya, meskipun masih muda, tunjukkanlah kematangan dan kompetensi yang justru membuat orang merasa Anda adalah orang yang pantas memimpin mereka!
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |