Pada akhir 1960-an, seorang psikolog dari Stanford University, Walter Mischel, melakukan eksperimen sederhana namun berpengaruh besar yang dikenal sebagai Marshmallow Test. Mischel, bersama tim penelitinya, ingin menjawab satu pertanyaan: Apakah kemampuan menunda kepuasan bisa menjadi penentu kesuksesan di masa depan?
Eksperimen ini melibatkan anak-anak usia 3 hingga 5 tahun yang diberi dua pilihan: mereka bisa langsung memakan satu marshmallow yang ada di depan mereka, atau mereka bisa menunggu 15 menit tanpa memakannya, dan sebagai imbalannya, mereka akan mendapatkan marshmallow kedua. Pada pandangan pertama, ini mungkin tampak seperti permainan sederhana, tetapi apa yang diungkap oleh eksperimen ini adalah lebih dari sekadar kontrol diri terhadap marshmallow—ini adalah tentang bagaimana kita mengelola dorongan kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar di masa depan.
Hasil Penelitian yang Mengejutkan
Dari eksperimen ini, mayoritas anak-anak memilih untuk segera memakan marshmallow, menyerah pada godaan jangka pendek. Namun, ada sekelompok kecil anak-anak yang menunggu dengan sabar, menunjukkan kemampuan untuk menunda gratifikasi. Ini baru permulaan dari perjalanan penelitian yang lebih panjang.
Bertahun-tahun kemudian, Mischel dan timnya melanjutkan penelitian ini dengan melacak perkembangan anak-anak tersebut hingga mereka dewasa. Hasilnya mengejutkan: anak-anak yang mampu menahan diri dan menunggu marshmallow kedua ternyata memiliki pencapaian akademis yang lebih baik, skor SAT yang lebih tinggi, memiliki lebih sedikit masalah dengan substansi seperti narkoba, dan secara umum memiliki kehidupan yang lebih sehat dan sukses dibandingkan mereka yang langsung memakan marshmallow.
Pelajaran penting dari sini bukanlah sekadar tentang mengendalikan dorongan. Ini adalah tentang pola pikir yang menunda kesenangan sementara untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar di masa depan. Anak-anak yang berhasil menahan diri sejak usia dini, mengembangkan kebiasaan yang membawa mereka pada kesuksesan, seperti kemampuan menabung, berinvestasi dalam pendidikan, dan berusaha keras untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Mengapa Ini Relevan untuk Kehidupan Kita Hari Ini
Eksperimen Marshmallow Test menjadi semakin relevan dalam dunia yang penuh dengan godaan instan—mulai dari media sosial yang terus menerus menawarkan hiburan cepat, hingga belanja online yang memungkinkan kita mendapatkan apa pun dalam hitungan menit. Kita hidup di era gratifikasi instan, di mana kesabaran tampak semakin sulit ditemukan.
Namun, pelajaran dari eksperimen ini jelas: kesuksesan jangka panjang sering kali menuntut kesediaan untuk menunda kepuasan jangka pendek. Dalam bisnis, contohnya, kita melihat bagaimana perusahaan yang berinvestasi pada pengembangan produk berkualitas, meskipun harus menunggu lebih lama untuk meluncurkannya, cenderung memiliki loyalitas pelanggan yang lebih kuat dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Kisah Amazon dan Kesuksesan yang Ditunda
Amazon, perusahaan raksasa e-commerce, adalah contoh nyata dari bagaimana kesabaran dalam membangun bisnis membawa hasil yang luar biasa. Pada awal berdirinya, Jeff Bezos memilih untuk fokus pada pengembangan bisnis jangka panjang daripada sekadar mencari keuntungan cepat. Bahkan selama bertahun-tahun, Amazon tidak menghasilkan banyak laba karena mereka terus berinvestasi dalam teknologi, infrastruktur, dan ekspansi global. Tetapi sekarang, perusahaan ini berdiri sebagai salah satu perusahaan paling bernilai di dunia, yang terus mendominasi pasar global berkat kesabaran dan visi jangka panjang.
Kesuksesan Amazon tidak terjadi dalam semalam. Seperti anak-anak dalam Marshmallow Test yang menunggu marshmallow kedua, Amazon menunda gratifikasi untuk mendapatkan imbalan yang jauh lebih besar di masa depan.
Mindset Kesabaran dalam Kehidupan Sehari-hari
Tidak hanya dalam bisnis, dalam kehidupan pribadi kita pun, kita bisa melihat betapa pentingnya menunda kepuasan. Ketika kita memilih untuk menabung daripada menghabiskan uang secara impulsif, kita sedang berinvestasi untuk stabilitas finansial jangka panjang. Ketika kita memilih untuk belajar keras daripada bersantai menonton televisi, kita sedang mempersiapkan diri untuk mencapai prestasi akademis yang lebih tinggi.
Penelitian yang mirip dengan Marsmallpw testnya Walter Mischel sebenarnya pernah dilakukan ulang pada tahun 2018 oleh Tyler Watts juga menyoroti faktor lingkungan. Watts meneliti lebih dari 900 anak dari berbagai latar belakang ekonomi, dan hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga yang kurang stabil kondisinya. Baik secara ekonomi maupun pola asuhnya, lebih curigaan dan cenderung lebih sulit menunda gratifikasi. Disini, Tylers dan timnya membuktikan huga, bahwa kesabaranpun adalah buah dari lingkungan yang mengajarinya. Faktor lingkungan ternyata punya peran besar, dalam melatih kemampuan anak untuk mengembangkan pengendalian diri dan kesabaran. Ini mengajarkan kita bahwa selain pengendalian diri, lingkungan sosial dan pendidikan juga memengaruhi kemampuan kita untuk sukses.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Kesuksesan sejati jarang datang dalam sekejap. Ini menuntut kesabaran, pengorbanan, dan komitmen pada proses jangka panjang. Marshmallow Test mengajarkan kita bahwa kemampuan menahan godaan untuk kepuasan instan adalah kunci keberhasilan, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional.
Jika kita mampu mengembangkan pola pikir yang menghargai proses, belajar untuk bersabar, dan terus bekerja keras untuk tujuan jangka panjang, hasilnya akan datang pada waktunya. Sebagaimana para anak-anak yang berhasil mendapatkan marshmallow kedua, kita juga bisa menikmati “marshmallow” dalam kehidupan, asal kita siap menunggu dan bekerja keras untuk itu.
Mari kita ingat, “Kesuksesan bukanlah hasil dari keajaiban instan, melainkan buah dari kesabaran dan ketekunan yang tidak pernah goyah.”
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |