
Sebagai seseorang yang sudah lama berkecimpung di dunia training, saya menyadari fenomena yang agak mengkhawatirkan. Banyak rekan seprofesi, yaitu trainer atau pengajar, yang tampaknya berhenti belajar karena merasa sudah cukup pandai. Saya, tentu saja, juga pernah merasa begitu. Tapi, perjalanan waktu membuat saya sadar bahwa pendidikan itu seperti lautan yang tak bertepi. Semakin banyak kita tahu, semakin banyak yang belum kita ketahui.
Ada sebuah kisah yang saya ingat jelas. Seorang rekan pengajar, mari kita sebut dia Pak Andi, adalah seorang yang sangat dihormati di bidangnya. Pengalaman mengajar yang lebih dari dua dekade membuatnya jadi figur yang disegani. Namun, perlahan saya menyadari bahwa Pak Andi mulai enggan mengikuti perkembangan terbaru di bidangnya. Ketika saya membicarakan metode pengajaran baru yang inovatif, responsnya seringkali, “Ah, metode lama saya sudah terbukti efektif.”
Suatu hari, saya memberanikan diri untuk berdiskusi lebih dalam dengan Pak Andi. Saya tanyakan alasan di balik ketidaktertarikannya terhadap perkembangan baru. Jawabannya cukup mengejutkan, “Saya sudah mengajar puluhan tahun. Metode yang saya gunakan selama ini sudah teruji. Mengapa saya harus belajar lagi?”
Pertanyaan Pak Andi itu membuat saya berpikir. Ya, pengalaman memang penting, tetapi dunia terus berubah. Peserta training di jaman sekarang berbeda dengan peserta training dua dekade lalu, saat saya memasuki dunia pelatihan. Teknologi pembelajaran berkembang pesat. Tuntutan organisasi mengalami dinamika yang konstan. Semua ini menuntut kita, para trainer, pendidik bahkan para dosen dan guru sekalipun, untuk terus belajar.
Saya teringat, saat pertama kali saya mencoba menerapkan online learning di kelas training saat pandemi. Aduh, bagaimana ya? Kok nggak seru? Kok nggak nyaman? Awalnya, saya ragu. Apakah metode ini efektif? Apakah peserta akan bisa mengikuti? Tapi, dengan banyak membaca dan belajar dari pengalaman orang lain, akhirnya tim kami bisa menerapkannya dengan sukses. Itu adalah pelajaran berharga bahwa belajar tidak pernah berhenti, bahkan untuk trainer atau pengajar sekalipun.
Saya juga pernah bertemu dengan seorang dosen muda, Pak Ramzi. Dia sangat antusias dengan teknologi pendidikan. Dari dia, saya belajar banyak hal, terutama tentang bagaimana menggabungkan teknologi dalam pengajaran. Sikap Pak Ramzi yang terbuka dan selalu ingin belajar ini menginspirasi saya. Bukankah sebagai trainer, pengajar kita harus menjadi contoh bagi peserta ataupun siswa kita?
Dari situ, saya menyadari bahwa keengganan untuk belajar adalah jebakan profesionalisme. Saat kita merasa sudah cukup pandai, kita sebenarnya mulai tertinggal. Kita tidak lagi sejalan dengan perkembangan zaman yang sangat cepat. Dan ironisnya, kita yang seharusnya menjadi pionir dalam pembelajaran, justru menjadi contoh yang kurang baik dalam hal belajar.
Saya percaya, sebagai trainer, kita harus memiliki mentalitas ‘pelajar seumur hidup’. Ini bukan hanya tentang menambah pengetahuan, tapi juga tentang mempertahankan kerendahan hati untuk menerima bahwa selalu ada ruang untuk belajar. Saya berharap cerita ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua, terutama bagi para trainer, bahwa proses belajar tidak pernah berakhir, bahkan ketika kita sudah menjadi ahli di bidang kita.
1. Pertahankan Rasa Ingin Tahu. Saya percaya bahwa rasa ingin tahu adalah pendorong utama dalam belajar. Cobalah untuk selalu penuh penasaran tentang segala hal baru, baik dalam teknologi, metodologi, atau tren pendidikan. Tanya pada diri sendiri, “Apa lagi yang bisa saya pelajari hari ini?”.
2. Bergabung dengan Komunitas Pembelajar. Saya mendapati bahwa bergabung dengan komunitas pembelajar sangat membantu. Baik itu komunitas online atau offline, mereka sering membahas topik terbaru dan berbagi pengalaman. Dari sini, kita bisa mendapatkan inspirasi dan motivasi untuk terus belajar.
3. Menerapkan Pembelajaran Berkelanjutan. Jadwalkan waktu khusus setiap minggu untuk belajar. Bisa dengan membaca artikel, mengikuti webinar, atau bahkan mengambil kursus singkat. Ini membantu saya untuk tetap terupdate dan tidak ketinggalan informasi terbaru.
4. Mencoba Metode Baru. Jangan takut untuk mencoba metode pengajaran baru di kelas. Ini adalah cara terbaik untuk belajar. Saya sering kali menemukan bahwa eksperimen kecil dalam metode training membawa pemahaman baru dan memperkaya pengalaman mengajar.
5. Refleksi dan Evaluasi Diri. Setelah mencoba sesuatu yang baru, saya selalu melakukan refleksi. Apa yang berhasil? Apa yang tidak? Mengapa? Refleksi ini tidak hanya meningkatkan keterampilan mengajar, tapi juga membantu saya untuk terus belajar dari pengalaman saya sendiri.
6. Minta Umpan Balik dari Peserta. Saya selalu meminta umpan balik dari peserta yang mengikuti pelatihan maupun seminar yang telah saya berikan. Umpan balik ini sangat berharga untuk melihat aspek mana yang bisa ditingkatkan. Belajar dari umpan balik adalah langkah penting dalam perkembangan profesional kita.
So buat para trainer dan pengajar. Kita ini ibaratkan air mengalir, ya. Harus selalu bergerak dan gak boleh mandek. Jangan sampai kita jadi kolam yang tenang tapi dangkal. Kuncinya, kita perlu terus belajar! Karena, kita ingat, “Di langit masih banyak bintang yang belum kita jangkau.” Jadi, jangan pernah puas dengan apa yang udah kita tahu. Dan mari kita selalu ingat, guru yang hebat adalah guru yang selalu jadi murid. Yuk, kita terus berjelajah dalam dunia ilmu ini dan jadikan setiap hari sebagai kesempatan baru untuk jadi lebih pintar!
Salam Antusias!
-Anthony Dio Martin-
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |