
Sungguh sebuah tantangan! Setiap kali saya mengajarkan program Top Negotiator, saya selalu merasa ini bukan sekadar training. Bagi saya pribadi, ini juga sebuah ujian. Karena mengajarkan negosiasi berarti saya sendiri harus benar-benar mempraktekkannya. Saya tidak bisa hanya bicara teori di depan kelas, sementara di luar sana saya tidak memakainya. Makanya, saya sendiri berusaha mendesain program negosiasi yamg baru-baru ini kami bikin kelasnya secara publik, untuk angkana kedua.
Berayukurnya, sambutan atas program ini luar biasa. Sebenarnya program ini sudah diajarkan di kelas-kelas in-house biat klien-klien kami. Tapi, memang secara publik, jarang kami lakukam. Makanya, baru-baru ini saja, baru dijalankan angkatan keduanya.
Program ini merupakan gabungan dari pengalaman panjang belajar bernegosiasi. Juga ikut berbagai kelas negosiasi. Dan yang berkesan adalah apa yang saya dapatkan ketika pertama kali berkenalan dengan metodologi dari tim Nordic dari Rusia, saat acara ATD (Association of Talent Development) di Denver. Saat itu, saya langsung merasa, inilah yang harus saya bawa ke Indonesia. Sebuah cara belajar negosiasi yang bukan hanya serius, tetapi juga penuh simulasi, permainan, dan pengalaman nyata.
Tantangan di Kelas
Saya sudah bertemu banyak peserta yang sehari-harinya bernegosiasi. Ada yang sudah puluhan tahun bekerja sebagai buyer. Ada yang sudah terbiasa menghadapi vendor besar. Tapi ketika mereka masuk ke program ini, banyak yang akhirnya mengaku kalah di simulasi. Mereka kaget. Karena di sini, negosiasi tidak bisa hanya mengandalkan pengalaman lama. Harus ada strategi. Harus ada kesadaran emosi. Harus ada keseimbangan antara keras dan lunak.
Itulah yang membuat program Top Negotiator yang kami kembangkan ini jadi beda. Program ini bukan hanya menguji keterampilan, tetapi juga mental.
Belajar dari Rusia ke Indonesia
Ketika pertama kali saya belajar dari tim Nordic dari Rusia, saya ikut mencoba simulasi boardgame mereka. Saya merasakan sendiri betapa menegangkannya. Ada jebakan, ada tekanan, ada momen di mana saya harus memilih antara profit jangka pendek atau hubungan jangka panjang. Dari situ saya sadar, negosiasi adalah seni yang kompleks. Dan saya ingin agar peserta di Indonesia merasakannya juga.
Maka lahirlah program ini. Sebuah pelatihan yang komprehensif. Ada role play. Ada simulasi. Ada boardgame bisnis. Dan yang paling penting, ada refleksi setelahnya.
Memasukkan Materi EQ dan NLP di Negosiasi
Hal lain, yang kami tekankan di program negosiasi ini adalah konsep EQ dan NLP. Soalnya, kami yakin, negosiasi bukan hanya soal angka. Emosi memegang peranan besar. Pernahkah Anda merasa lawan bicara tiba-tiba menutup diri hanya karena kita salah intonasi? Atau suasana rapat membeku hanya karena satu kata yang keluar tanpa filter, dan ternyata itu bikin lawan tersinggung? Saya pernah mengalaminya.
Di sinilah saya merasa EQ berperan. Soalnya yang kita ajak negosiasi adalah manusia, bukan robot atau benda mati. Saya selalu menekankan pentingnya kesadaran diri, kemampuan mengelola emosi, dan empati terhadap lawan bicara. Negosiator hebat bukanlah yang selalu menang, tetapi yang bisa membuat kedua pihak merasa dimenangkan.
Selain itu, ilmu NLP juga memberi warna. Reframing membantu kita melihat masalah dari sudut pandang berbeda. Teknik chunking juga mengajarkan kita untuk membagi masalah besar menjadi lebih sederhana. Dan pacing-leading membantu kita mengikuti ritme lawan bicara, lalu perlahan membimbingnya ke arah yang kita inginkan.
Pengalaman Peserta dari Sulawesi
Saya masih ingat kisah seorang peserta dari Sulawesi. Ia seorang manajer pemasaran yang harus berhadapan dengan distributor besar di daerahnya. Selama bertahun-tahun ia selalu merasa kalah. Posisi tawarnya lemah. Setiap kali negosiasi, ia seperti masuk ke arena pertarungan yang sudah jelas hasilnya. Ia butuh, tapi selalu merasa kalah set.
Namun setelah ikut program ini, ia mencoba cara baru. Ia tidak langsung bicara harga. Ia memulai dengan membangun hubungan. Menanyakan kebutuhan distributor. Mendengarkan lebih banyak. Lalu dengan tenang menawarkan opsi yang bisa menguntungkan keduanya.
Hasilnya luar biasa. Kontrak yang selama ini sulit akhirnya bisa ditutup dengan syarat yang adil. Dan lebih dari itu, hubungannya dengan distributor justru semakin erat. Ia berkata kepada saya, “Pelatihan ini bukan hanya mengubah cara saya bernegosiasi. Tapi juga cara saya memandang lawan bicara. Mereka bukan musuh, melainkan mitra.”
Testimonial Yang Menguatkan
Setiap kali kelas selesai, saya ikut bahagia saat merasa peserta dengan testimonialnya, merasa pulang dengan lebih dari sekadar teori. Mereka membawa pengalaman yang membekas. Keberanian baru. Dan strategi nyata yang bisa langsung digunakan.
Bagi saya pribadi, mengajarkan program Top Negotiator ini juga merupakan perjalanan yang terus berlanjut. Setiap kelas selalu memberi tantangan baru. Setiap simulasi selalu mengingatkan untuk tetap rendah hati. Karena di meja negosiasi, tidak ada yang benar-benar mahir. Yang ada adalah orang-orang yang terus belajar menjaga keseimbangan.
Dan itulah inti dari negosiasi sejati. Profit boleh ada. Relasi harus tetap dijaga. Karena negosiasi terbaik adalah ketika keduanya bisa berjalan bersama. Profit penting, relasi juga penting. Itulah inti dari program Top Negotiator ini.
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |