Belum lama ini ada kejadian menarik di lingkungan BUMN. Pasalnya, jarang-jarang terjadi dimana seseorang pemimpin tertinggi dicopot oleh Menteri, sebelum waktunya dengan tidak terhormat. Dan berita lainnya pun menyusul turunnya si pimpinan ini. Penyelundupan barang mewah. Menggunakan fasilitas di lingkungannya. Memperkaya diri.
Menariknya, turunnya si pejabat ini diikuti dengan karangan bunga yang dikirimkan buatnya. Banyak kalangan, khususnya kalangan internal yang merasa “gerah” dengan sepak terjangnya, justru mensyukuri pencopotan ini. Perilakunya, dianggap keterlaluan.
Di tahun 2009, juga ada kasus di lingkungan perusahaan Merryl Lynch yang terkemuka. Salah satu pejabat tertingginya yakni John Thain juga dicopot dari posisinya. Bahkan dikasih julukan “The Worst CEO”. Alasannya, banyak sih. Diantaranya, sementara perusahaan merugi bermilyar-milyar dan merumahkan orang. Justru ia dengan santainya mendekorasi ruangannya sendiri yang menghabiskan 1,2 juta US dollar.
So, apakah yang membuat para direktur dan CEO ini tidak punya hati. Sementara catatan perusahaan terus merugi dan ada begitu banyak karyawan yang mendambakan perbaikan kesejahteraan. Justru mereka tanpa rasa empati memperkaya diri mereka? Dimanakah rada keadilan serta empati mereka. Disinilah aspek-aspek kecerdasan emosional dan juga spiritual sebenarnya berperan.
Namun, secara khusus, jika spiritual terkait dengan urusan keyakinan dan kepercayaan. Mari kita meninjau dari sisi kecerdasan emosional (EQ), yang dekat dengan kehidupan kita secara umum.
Jika diperhatikan. Maka inilah 4 ciri yang menunjukkan pemimpin dengan level keerdasan emosional yang rendah. Apa sajakah itu?
1. Self awareness yang rendah. Ini bagian kesadaran diri. Dalam hal ini dia tidak sadar menganai perilakunya. Ia tidak menyadari soal kebiasaan, pola serta tingkah lakunya yangmenjadi sorotan. Kadangkala mereka punya sikap, kebiasaan serta gaya yang sebenarnya justru membuat meraka dicibir bahkan ditertawakan. Tapi mereka tidak menyadarinya. Kadangkala mereka bahkan tidak peduli dengan orang lain. Mereka reaktif, dan bisa bersikap seenaknya. Bahkan kadang kala mereka berpikir, “Ini kan bisnis punyaku. Milik aku. Aku yang pimpin. Terserah aku!”
2. Self management yang rendah. Hal ini terkait dengan bagaimana ia mengelola dirinya setiap hari. Hal ini terkait dengan bagaimana ia mengelola dirinya khususnya emosi, mood serta perilakunya. Kadangkala mereka bisa sangat reaktif bahkan meledak-ledak, apalagi kalau keinginannya tidak terpenuhi. Bahkan kadangkala mood mereka bisa naik turun seperti roller coaster. Vibrasi energi yang mereka pancarkan bisa sangat negatif, apalagi kalau dirinya sedang stres. Cara marahnya pun kadang bisa sangat tak tanghung-tanggung. Biasanya, sangat menyakitkan.
3. Social awareness rendah. Hal ini terkait dengan rasa empati serta kemampuan untuk berada di sepatunya orang lain. Mereka merasa tidak perlu memikirkan perasaan, pendapat serta dampaknya buat orang lain. Ukurannya adalah kebesaran egonya. Jika ia merasa ok, maka semuanya juga harus mengikutinya. Bahkan, dengan mudahnya ia menerapkan timbangan yang berbeda. Ia bisa mudah memaafkan dirinya, tapi dengan orang lain ia bisa begitu sengitnya. Padahal, kesalahannya sama. Ia pun tidak peduli agenda dan kepentingannya orang lain.
4. Social relationship yang rendah. Akhirnya, pemimpin dengan social relationship rendah sering bermasalah pula dalam cara berkomunikasinya. Tabungan emosinya dengan orang lain khususnya dengan timnya seringkali negatif. Makanya, ketika ia turun, orang bukannya meratapinya, tapi justru mensyukurinya.
So, pertanyaannya, kalau Anda seoarang pemimpin, apakah Anda mengendalikan dan menahan diri dalam ke4 aspek ini? Dan tulisan ini ingin saya akhiri dengan kalimat penting, “People don’t care how much you know until they know how much you care” (orang tidak peduli seberapa banyak kita tahu sampai orang tahu seberapa pedulinya Anda).
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |