
Saya masih ingat betul kejadian ini. Di awal karier saya sebagai HR profesional, saya pernah bertemu seorang kandidat yang membawa CV luar biasa. Di sana tertulis dengan rapi bahwa ia menguasai berbagai bahasa pemrograman. Tampaknya ia kandidat sempurna untuk posisi yang kami cari. Dengan kata-kata yang meyakinkan dan deskripsi pengalaman yang mengesankan, saya nyaris langsung menawarkan posisi itu.
Untungnya, sebelum keputusan final dibuat, saya minta ia menjalani tes sederhana. Hanya tes teknis kecil. Dan di situlah semuanya terbongkar. Memang benar, dia mengenal dasar-dasarnya. Tapi pemahamannya tidaklah dalam. Ia tahu basic-nya, tapi tak bisa memodifikasi lebih jauh, seperti yang ia ceritakan. Dan dari sana saya belajar pelajaran penting. Jangan mudah percaya pada CV.
Bagi para HR profesional, mungkin kalimat itu terdengar terlalu umum. Tapi justru karena terlalu umum, sering kali kita lengah. Kita menganggap sudah berpengalaman membaca ratusan bahkan ribuan CV. Tapi justru pengalaman itulah yang kadang membuat kita terlalu percaya diri. Kita merasa bisa mengenali kandidat hanya dari cara mereka menyusun kata-kata. Padahal di balik lembaran yang tampak profesional itu, bisa saja tersembunyi banyak hal yang tidak sesuai kenyataan.
Di zaman sekarang, membuat CV bagus bukan perkara sulit. Dengan bantuan AI dan ChatGPT, siapa pun bisa menulis profil yang terdengar hebat dan meyakinkan. Tanpa benar-benar memiliki pengalaman mendalam, seseorang bisa terlihat seperti profesional dengan keahlian tinggi. Inilah yang membuat proses rekrutmen makin penuh jebakan. Kita membaca pengalaman yang rapi, padahal bisa saja itu hasil racikan mesin, bukan cerminan kemampuan asli.
Yang lebih menyedihkan adalah ketika klaim yang ditulis ternyata tidak proporsional. Misalnya, ada kandidat yang menuliskan pernah bekerja sebagai staf pemasaran selama setahun penuh. Tapi setelah ditelusuri, ternyata ia hanya magang selama tiga bulan. Atau ketika seseorang menulis pernah memimpin proyek besar, namun ketika ditanya, ternyata ia hanya bagian kecil dari tim dan perannya tidak sedominan yang ditulis.
Dalam beberapa kasus, gelar atau posisi yang tertera juga bisa menyesatkan. Ada kandidat yang menuliskan jabatan sebagai manager, padahal perusahaan tempat ia bekerja adalah bisnis keluarga yang memberikan gelar tersebut untuk sekadar terlihat mentereng di depan klien. Dalam struktur resminya, ia tidaklah setinggi itu posisinya. Sayangnya, kalau kita sebagai HR tidak mengecek dengan teliti, maka kita akan mengira kita sedang merekrut seorang manajer, padahal sesungguhnya tidak.
Satu hal lagi yang penting. Berhati-hatilah jika seorang kandidat terlihat menghindari proses uji teknis atau terlalu defensif ketika ditanya lebih dalam. Kandidat yang benar-benar kompeten biasanya ingin membuktikan diri. Mereka tidak merasa terancam oleh pertanyaan teknis, justru senang diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka. Tapi kandidat yang hanya mengandalkan keindahan CV, biasanya tidak siap ketika dihadapkan pada realitas pekerjaan yang sesungguhnya. Apalagi detil-detilnya.
Inilah kenyataan di dunia rekrutmen hari ini. Kita bukan sedang membaca kisah hidup yang jujur, tetapi kadang sedang menelusuri naskah fiksi yang disusun untuk memukau. Itu sebabnya, setiap HR profesional perlu mengingat bahwa kita tidaklah merekrut tulisan, bukan merekrut CV. Kita merekrut manusia. Dan manusia, sering kali jauh lebih kompleks daripada apa yang ditulis di atas selembar kertas.
So, belajar dari pengalaman. Sebelum Anda jatuh cinta pada satu lembar CV, tarik napas sejenak. Bertanyalah lebih jauh. Ujilah kemampuannya. Cobalah kritis. Validasi informasi yang ditulis. Karena satu keputusan rekrutmen yang keliru bisa berdampak panjang. Tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga bagi tim yang nantinya akan bekerja bersamanya.
Jadi, di tengah derasnya arus kandidat yang datang dengan CV penuh kata-kata indah, sebagai HR kita perlu melatih mata yang jeli dan hati yang waspada. Jjangan mudah terpukau. Jangan terburu menilai. Lakukan konfirmasi. Gali cerita di balik kata, dan uji realitas di balik klaim. Karena dalam dunia rekrutmen, kita bukan sedang memilih kertas terbaik, tapi manusia yang tepat. Dan dalam banyak kasus, lebih baik sedikit curiga di awal dan lega kemudian, daripada terlalu percaya di awal dan berujung penyesalan yang berkepanjangan.
“Better to be cautious now and relieved later, than to trust too quickly and regret forever.”
Telp. | : | (021) 3518505 |
(021) 3862546 | ||
Fax. | : | (021) 3862546 |
: | info@hrexcellency.com | |
anthonydiomartin@hrexcellency.com | ||
Website | : | www.anthonydiomartin.com |